REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi adanya pemanasan suhu air permukaan laut yang biasa disebut el Nino. Tapi, untuk DIY, BMKG menegaskan el Nino yang terjadi masih kategori ringan.
"Ada el Nino tapi el Nino ringan," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DI Yogyakarta, Sudaryatno, saat dihubungi Republika.co.id.
Untuk itu, Agus mengimbau agar kabar-kabar yang beredar tidak menitikberatkan kepada terjadinya el Nino. Sebab, ditakutkan masyarakat yang sekilas membaca kabar-kabar itu mengira akan terjadi kekeringan.
Ia menerangkan, saat ini sebagian besar daerah-daerah DIY masih memasuki masa pancaroba. Selain itu, DIY yang telah mengalami musim kemarau cukup panjang, akan memasuki musim hujan.
Artinya, lanjut Agus, walaupun terjadi el Nino dengan kategori ringan, hujan tetap akan turut walaupun dengan intensitas yang tidak tinggi. Dampak el Nino tadi tidak lain musim hujan terjadi agak mundur.
"Kalau ditulis di headline-headline akan terjadi el Nino nanti kesannya akan terjadi kekeringan, nanti bikin heboh, bikin resah, karenanya memang ada el Nino tapi ringan," ujar Agus.
Selain itu, ia menjelaskan, dampak el Nino yang terjadi kemungkinan membuat intensitas curah hujan musim ini berkurang. Kriteria musim hujan per bulan minimal 150 milimeter.
Sedangkan, puncaknya bisa mencapai 300 milimeter per bulan. Tapi, jika terjadi el Nino pada musim kemarau, intensitas curah hujan yang terjadi kemungkinan tidak sampai 300 milimeter per bulan.
"Tapi tetap ada hujan, sehingga tidak terus kering sama sekali atau tidak ada air sama sekali," ujar Agus.
Agus menambahkan, jika el Nino ringan yang terjadi musim ini kemungkinan akan membuat curah hujan lebih sedikit dibanding tahun musim hujan tahun lalu. Tapi ia menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir soal kekeringan.