Selasa 16 Oct 2018 16:10 WIB

JK: Pemindahan Ibu Kota Sulteng Berlebihan

Seluruh wilayah Sulawesi Tengah terletak di daerah ring of fire.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan)
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menilai, usulan DPR untuk memindahkan Ibu Kota Sulawesi Tengah dari Palu berlebihan. Sebab, seluruh Sulawesi Tengah terletak di daerah ring of fire, sehingga potensi gempa bisa terjadi di setiap wilayah.

"Seluruh Sulwesi Tengah itu punya potensi gempa, mau dipindahkan ke Toli-Toli juga bisa masalah, mau pindahkan ke Sigi, mau pindahkan ke Poso juga seringkali gempa, di mana pun di Sulawesi Tengah itu memang daerah ring of fire," ujar JK ketika ditemui di kantornya, Selasa (16/10).

Baca Juga

JK menilai, tidak semua wilayah di Palu berbahaya. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan larangan pembangunan rumah dan bangunan di daerah zona merah. "Yang mau kita lakukan sekarang ini ialah menghindari, kan tidak semua di Palu itu berbahaya. Hanya ada daerah-daerah tertentu yang garis itu dijadikan zona merah, artinya tidak boleh dibangun di situ, bukan pemindahan," ujar Jusuf Kalla.

JK menjelaskan, memindahkan ibu kota bukan perkara yang mudah karena dibutuhkan dana yang besar. Menurutnya, pemindahan ibu kota bukan sekadar memindahkan kantor namun juga pegawai, termasuk fasilitas-fasilitas lainnya. "Jangan liat hanya pemindahan kantor, pemindahan pegawainya bagaimana, kalau ada dua ribu atau tiga ribu pegawai musti bikin rumahnya bagaimana caranya? semua instansi, polda harus pindah, saya kira agak berlebihan," kata JK.

Menurut JK, solusi yang paling murah yakni membangun rumah dan gedung tahan gempa. Adapun secara strategis, Palu berada di Selat Makassar sehingga transportasi menjadi lebih mudah. "Solusinya rumah bangunan itu yang harus tahan gempa, lebih murah untuk rumah tahan gempa dibanding memindahkan seluruh ibu kota," ujar Jusuf Kalla. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement