Selasa 16 Oct 2018 08:47 WIB

Kementerian PUPR Bangun 1.200 Hunian Sementara di Sulteng

Hunian sementara ini untuk para pengungsi korban gempa dan tsunami di Sulteng

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Prajurit TNI bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan relawan membangun hunian sementara di wilayah Balaroa, Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (13/10).
Foto: dok. Puspen TNI
Prajurit TNI bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan relawan membangun hunian sementara di wilayah Balaroa, Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun sebanyak 1.200 Hunian Sementara (Huntara) sebagai transit hingga hunian tetap dan relokasi permukiman selesai. Huntara akan dibangun di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah.

"Relokasi permukiman memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Oleh karenanya Pemerintah akan membangun hunian sementara yang ditargetkan rampung dalam dua bulan. Makin cepat Huntara selesai, makin cepat penduduk bisa pindah dari tenda," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui keterangan tertulis.

Tiga lokasi menjadi kandidat untuk relokasi permukiman warga yakni Kelurahan Duyu, Tondo dan Pombewe.

Sebanyak 1.200 unit huntara dapat menampung 14.400 keluarga. Huntara yang dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik. Nantinya, setiap bilik akan dihuni oleh satu keluarga.

Sebanyak 1.200 unit huntara yang akan dibangun merupakan tahap pertama sambil menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.

Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR Arie Setiadi Murwanto mengatakan, pekan ini pihaknya menargetkan sudah ada satu unit mockup huntara sehingga bisa menjadi contoh dalam pembangunan huntara selanjutnya.

"Pembangunan huntara akan dilakukan oleh kontraktor dan insya Allah mulai dihuni secara bertahap pada pekan berikutnya dengan target selesai seluruhnya dalam dua bulan ke depan," katanya.

Ia menjelaskan, huntara tersebut akan dibangun dengan sistem cluster pada lima zona dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan dan keamanan lokasi dari dampak gempa. Setiap cluster yang terdiri atas 10 unit huntara (120 bilik), akan dibangun satu buah sekolah PAUD dan sebuah SD, tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga serta tempat parkir sepeda motor.

 

Kontruksi huntara juga tahan gempa dan mengakomodir cuaca Kota Palu yang panas karena berada di garis khatulistiwa. Konstruksi akan menggunakan baja ringan dengan dinding berbahan glassfiber reinforced cement (GRC). Setiap unit huntara akan dilengkapi empat toilet, empat kamar mandi, septik tank, tempat mencuci, dan dapur bersama serta listrik dengan daya 450 watt setiap bilik.

Hunian ini bisa dimanfaatkan dalam dua tahun hingga hunian tetap yang dibangun Pemerintah selesai. Menurut Arie, pembangunan huntara tidak seluruhnya dilakukan oleh Kementerian PUPR, tapi juga terbuka bagi pihak lain untuk membangun huntara diatas lahan-lahan yang disiapkan dengan desain yang sama dengan yang dibangun Kementerian PUPR.

"Kami mengharapkan pembangunan hunian sementara oleh pihak-pihak lain di luar Kementerian PUPR menyatu dengan huntara Kementerian PUPR serta memiliki disain yang sama agar tidak terjadi kecemburuan," ujar Arie.

Lokasi-lokasi huntara yakni di Kelurahan Duyu, Petobo dan Pengawu, Lapangan Sepakbola Kelurahan Silae, Tipo, Tipo A, Lapangan Kelurahan Buluri, Watusampu dan Kawatuna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement