REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banjir bandang dan longsor terjadi di Mandailing Natal, Sumatera Utara pada Kamis hingga Jumat (11-12/10). Akibatnya banyak warga yang mengungsi ke wilayah tetangga.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pengungsi sudah mulai berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing. Kecuali mereka yang rumahnya hanyut dan rusak parah sehingga masih belum bisa meninggalkan tempat pengungsian.
“Saat ini masih ada 534 pengungsi di Kecamatan Ulu Pungkut. Mereka mengungsi dirumah kerabatnya dan di kantor balai desa,” kata Sutopo dalam siaran pers pada Senin (15/10) malam.
Sutopo memaparkan, ada sembilan kecamatan yang terdampak dari bencana tersebut. Yakni Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal.
“Puluhan rumah terendam banjir dengan tinggi air sampai dua meter, puluhan rumah lainnya di kecamatan muara batang gadis hanyut,” papar dia.
Hingga saat ini lanjut Sutopo, BPBD masih melakukan pendataan di daerah-daerah tersebut. Kendalanya kata dia, akses jalan yang rusak pasca longsor sehingga menyulitkan petugas dalam memberikan penanganan dan bantuan.
Sedangkan mengenai korban jiwa, 12 orang pelajar madrasah di SD 235 di Desa Muara Seladi Kecamatan Ulu Ungku meninggal dunia. Sedangkan 17 siswa lainnya masih selamat meskipun beberapa di antaranya mengalami luka-luka.
Selanjutnya dua orang di Desa Lumban Pasir Kecamatan Kotanopan juga meninggal dunia. Serta tiga orang lainnya di Kecamatan Muara Batang Gadis juga turut menjadi korban.
Saat ini tambah Sutopo, proses evakuasi korban juga masih terus dilakukan. Sehingga Bupati Madina pun menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari yaitu dimulai pada 12 Oktober hingga 18 Oktober 2018.
“Saat ini banjir berangsur surut dan cuaca sudah cerah,” ungkapnya.