REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para petani di wilayah Dusun Kalibening, Desa Kebondalem, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengembangkan wisata edukasi pembibitan dan budi daya buah alpukat. Inovasi ini mereka lakukan untuk memberdayakan potensi buah alpukat Dusun Kalibening.
Sekaligus untuk mendorong peningkatan pendapatan para petani, di luar hasil panen dan produksi bibit unggul tanaman alpukat. Mulyanto (38 tahun), salah seorang petani buah alpukat Dusun Kalibening mengungkapkan, wisata edukasi ini dikemas dalam konsep ‘farm trip’ di kawasan kebun buah alpukat yang dibudidayakan para petani.
Para petani budi daya buah alpukat yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Rahayu Dusun Kalibening, telah menyiapkan paket wisata edukasi menarik bagi para pengunjung. “Kami akan mengajak para pengunjung melihat dan menjelaskan proses budi daya buah alpukat mulai dari hulu hingga hilir,” jelasnya.
Di Dusun Kalibening yang terkenal dengan Desa Wisata Buah Alpukat ini, jelasnya, pengunjung akan diajak untuk berkeliling mulai dari proses penyemaian, penyiapan bibit unggul, dan perawatan tanaman alpukat.
Tak hanya sekadar melihat, para pengunjung juga akan bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan tentang budi daya tanaman buah alpukat langsung dari para petani.
Seperti bagaimana proses penyemaian biji buah alpukat, cara melakukan ukulasi yang benar untuk mendapatkan bibit unggul, cara merawat tanaman, serta cara memanen buah alpukat.
Karena masing-masing petani anggota Kelompok Tani Ngudi Rahayu ini juga akan berperan sebagai pemandu. Kegiatan farm trip akan ditutup dengan menikmati sajian olahan buah alpukat.
“Sehingga pengunjung akan bisa menikmati tiga varietas unggul buah alpukat Kalibening, seperti jus buah alpukat, serta olahan bubuk bijih alpukat,” jelas Mulyanto, yang juga kepala dusun (kadus) Kalibening ini.
Jumari (47), anggota Kelompok Tani Ngudi Rahayu lainnya menuturkan, saat ini ada tiga jenis tanaman dan buah alpukat unggulan yang dihasilkan para petani di Dusun Kalibening.
Masing-masing meliputi jenis Si Manis, Kalung, serta Kendil. Bahkan untuk jenis Si Manis dan Kalung telah mengantongi sertifikat sebagai buah alpukat dengan kualitas yang unggul dari Kementerian Pertanian.
Ia juga mengungkapkan, wisata edukasi ini merupakan terobosan untuk mendongkrak pendapatan para anggota kelompok tani yang membudidayakan buah alpukat.
Selama ini masa panen buah alpukat rata-rata adalah tujuh hingga sembilan bulan sekali. Guna memanfaatkan waktu di luar masa panen selama ini para petani Kalibening juga memproduksi bibit unggul untuk dijual hingga ke luar daerah.
Kini, upaya untuk mendorong kesejahteraan para petani juga dilakukan dengan mengemas potensi tersebut dengan wiata edukasi.
Hanya dengan membayar uang parkir dan membeli berbagai macam olahan buah alpukat, pengunjung akan mendapatkan banyak wawasan mengenai budi daya tanaman alpukat dan bahkan juga bisa mencoba langsung bersama petani.
“Alhamdulillah, pelan tapi pasti peminat wisata edukasi di Kalibening ini semakin bertambah, terutama pada akhir pekan dan pada hari-hari libur,” katanya.