Ahad 14 Oct 2018 12:54 WIB

Tas Aceh Laris Terjual di Pertemuan IMF

Banyak yang membeli lebih dari satu

Direktur IMF Christine Lagarde (keenam kiri bawah) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (keenam kanan bawah) bersama gubernur bank sentral dari 189 negara mengikuti sesi foto bersama dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Direktur IMF Christine Lagarde (keenam kiri bawah) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (keenam kanan bawah) bersama gubernur bank sentral dari 189 negara mengikuti sesi foto bersama dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Tas motif Aceh, hasil produksi kelompok usaha Syirkatun Nisa di bawah binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia, laris manis, di sela-sela pertemuan International Moneter Fund (IMF) di Nusa Dua, Bali. Larisnya tas tradisional khas Aceh tersebut, diungkapkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe, Yufrizal.

Ia menyebut bahwa di tengah pertemuan yang membahas berbagai agenda penting itu, peserta dari berbagai delegasi menyempatkan diri bertandang ke stan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) binaan BI Lhokseumawe.

"Mereka umumnya melihat-lihat tas produksi motif Aceh, produksi Syirkatun Nisa yang merupakan UMKM binaan BI Lhokseumawe. Mereka juga tertarik dengan tas tradisional khas Aceh yang memiliki keunikan tersendiri namun modis dalam segala suasana," ujar Yufrizal.

Tas Aceh, lanjut dia, dengan berbagai bentuk dan ukuran serta motif yang menarik tersebut, mendapat tempat dihati para peserta yang bukan hanya dari Indonesia bahkan peserta dari luar negeri juga.

"Mereka bahkan membeli lebih dari satu, baik untuk dipakai sendiri maupun sebagai hadiah bagi keluarga di negerinya. Bahkan ada yang ingin membeli tas dengan model tertentu akan tetapi sudah habis terjual," jelas Yufrizal lagi.

Lebih jauh ia mengatakan Managing Director IMF Christine Lagarde, juga menyempatkan diri mengunjungi stan binaan BI Lhokseumawe tersebut dan melihat-lihat berbagai jenis tas produksi kelompok usaha Syirkatun Nisa.

Sejumlah pengunjung sempat berpikir bahwa tas dengan bentuk dan motif tradisional tersebut, diproduksi oleh pengrajin di Bali. Akan tetapi setelah dijelaskan bahwa produksi tas tersebut berasal dari Aceh, sebuah provinsi paling barat Indonesia, mereka semakin kagum.

"Alhasil, dari 345 item barang yang dibawa dari Aceh, sampai hari ini hanya tersisa lima jenis saja, sedangkan yang lainnya semua habis terjual," ujarnya.

Pertemuan Tahunan IMF dan Grup Bank Dunia yang digelar sejak 8-14 Oktober di Nusa Dua, Bali itu, dihadiri delegasi dari 189 negara dan lembaga-lembaga internasional digelar di Nusa Dua Bali, 8 -14 Oktober.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement