Jumat 12 Oct 2018 20:19 WIB

Angkot di Lampung Sesalkan Premium di SPBU Berkurang

Mobil mewah terlihat ikut mengantre premium.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Petugas mengisi premium ke dalam sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Petugas mengisi premium ke dalam sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Para pengemudi angkutan kota (angkot) di Kota Bandar Lampung menyesalkan Pertamina tidak lagi memasok bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di setiap SPBU. Padahal, premium sudah menjadi kebutuhan sehari-hari angkot untuk beroperasi karena harganya lebih murah.

Berdasarkan pemantauan Republika.co.id, Jumat (12/10), SPBU-SPBU yang menjual premium hanya di tempat-tempat tertentu dalam kota Bandar Lampung. Sedangkan di jalan lintas sumatra dalam kota juga tersedia namun pasokan selalu habis. SPBU yang menjual premium tersebut selalu antre panjang mobil pribadi kelas mewah.

Menurut Rio, salah seorang sopir angkot trayek Kemiling – Tanjungkarang, ia selalu tidak kebagian premium di SPBU di Jalan Imam Bonjol, lantaran antrean kendaraan sudah panjang menunggu. “Yang beli premium kebanyakan mobil-mobil mewah, jadi heran juga kenapa mobil mewah rela antre panjang seharusnya diutamakan untuk angkot,” ujarnya.

Selain SPBU Jalan Imam Bonjol, SPBU Jalan Pramuka juga menjadi incaran penggemar premium. Lagi-lagi mobil pribadi mewah ikut mengantre membeli premium. Hal sama juga terjadi di SPBU Palapa Jalan A Yani. Sedikitnya SPBU menjual premium membuat antrean kendaraan panjang dan hanya berlangsung beberapa jam sudah habis atau kosong stoknya.

Iwan, sopir angkot lainnya menuturkan, harga premium yang lebih murah dari BBM jenis Pertalite dan Pertamax memicu kendaraan mobil mewah masih mengantre membeli premium. “Mobil-mobil pribadi rela antrean panjang beli premium. Rata-rata juga mobil untuk online,” ujarnya.

Ia merasakan selama menarik angkot kesulitan mencari premium, padahal premium diutamakan untuk angkutan umum bukan kendaraan mobil pribadi. “Ujung-ujungnya rakyat kecil juga yang susah,” keluhnya.

Pengelola SPBU yang menjual premium menyatakan pihaknya juga dibatasi pertamina pasokan setiap harinya. “Pasokan premium ke SPBU kami dibatasi, bukan kami tidak mau memasok banyak,” kata Rachmat, petugas SPBU Pramuka.

Menurut dia, pihak pengelola SPBU kesulitan untuk mengatur dan mencegah kendaraan mobil pribadi mewah yang ikut membeli premium. Pasalnya, SPBU tidak memiliki kewenangan menolak mereka untuk membeli premium selagi stok premium masih tersedia.

“Jadi kami terima semua yang beli, asalkan tidak membawa jeriken. Sampai stok premium habis baru berhenti,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement