REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Permukaan tanah wilayah Malang Raya dilaporkan mengalami penurunan tiga meter sejak 2015. Hal ini diungkapkan peneliti Universitas Brawijaya (UB) berdasarkan analisis yang mereka lakukan.
Ketua grup Riset Geoinformatika, Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) UB, Fatwa Ramdani, menerangkan, bencana yang terjadi beberapa waktu yang lalu harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Tujuannya, kata dia, tentu agar tidak lagi terdapat banyak korban jiwa dan kerugian material yang besar dari masyarakat.
"Edukasi terhadap literasi bencana juga perlu dilakukan secara terintegrasi. Dan, semua pihak harus memberikan kontribusi positif," kata Fatwa saat ditemui wartawan di UB Kota Malang, Jumat (12/10).
Berdasarkan hal tersebut, Grup Riset Geoinformatika, Filkom UB melakukan analisis terhadap pergerakan vertikal dari wilayah Malang Raya dan sekitarnya. Analisis ini, dia mengatakan, diambil berbasis data satelit radar (Sentinel-1) milik Uni Eropa.
Fatwa mengungkapkan, data yang dikumpulkan berada dalam periode tiga tahun terakhir, yakni sejak 2015 hingga 2018. Pendekatannya menggunakan cara Differensial Interferogram Synthetic Aperture Radar (DinSAR). Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi perubahan secara vertikal dari permukaan muka tanah. "Hasilnya cukup mengejutkan," tegas Fatwa.
Hasil penelitian menyebutkan, wilayah Malang Raya Selatan dan sekitarnya mengalami penurunan muka tanah yang signifikan dalam kurun waktu tiga tahun. Di rentang waktu tersebut, kata dia, penurunannya hampir mencapai tiga meter. Sementara wilayah tengah dan utara tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Di sisi lain, dia menambahkan, wilayah paling utara seperti Surabaya dan Pulau Madura mengalami kenaikan muka tanah. Wilayah-wilayah tersebut sekiranya naik sekitar tiga sentimeter dalam rentang waktu serupa.
Menurut Fatwa, kondisi ini dapat terjadi akibat aktivitas lempeng Australia yang terus bergerak mendorong ke arah utara menuju selatan Pulau Jawa. Lempeng tersebut bergerak sekitar 71 milimeter (mm) per tahun. Meski terlihat kecil, dampaknya ternyata sangat besar pada penurunan muka tanah.
Dengan melihat kondisi ini, masyarakat di wilayah Malang Raya bagian Selatan dan sekitarnya perlu mempertimbangkan struktur bangunan. Dalam hal ini menerapkan sistem yang tahan terhadap perubahan penurunan muka tanah yang signifikan. Cara demikian diharapkan tidak mendatangkan kerugian, baik materil maupun non-materiil di kemudian hari.
Untuk wilayah Tengah dan Utara di Malang Raya, ia menilai, perlu memperhatikan pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Sebab, pertumbuhan yang tidak terkontrol akan mendatangkan bencana, seperti banjir dan longsor pada musim penghujan.
"Dan, analisis sementara kami menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir Kota Malang dan Batu akan tumbuh sangat cepat," katanya menegaskan.