Jumat 12 Oct 2018 04:34 WIB

Pentingnya Diagnosa dan Penanganan Indikasi Gagal Pada Anak

anak membutuhkan asupan dengan energi dan protein hewani yang tinggi

Professor of Necker-Enfants Malades Hospital di Paris, Olivier Goulet, MD, PhD
Foto: Istimewa
Professor of Necker-Enfants Malades Hospital di Paris, Olivier Goulet, MD, PhD

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Gizi buruk atau Malnutrisi masih menjadi ancaman bagi anak-anak di dunia, termasuk beberapa negara di kawasan Asia Pasifik yang masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Professor of Necker-Enfants Malades Hospital di Paris, Olivier Goulet, MD, PhD, memaparkan, apapun sebutannya, baik itu faltering growth maupun failure to thrive, kondisi penurunan atau stagnansi tumbuh kembang anak adalah protein energy malnutrition.

"Setelah terjadi indikasi faltering growth, anak membutuhkan asupan dengan energi dan protein hewani yang tinggi. Intervensi perlu dibantu berbagai pihak, mengingat kesehatan anak sangat rentan, mereka menghadapi tantangan yang besar untuk menstabilkan kesehatan anak, dan kita harus menghindari dampak jangka panjang dari malnutrisi," ujar Oliver pada ASPAC Faltering Growth Summit di Bali yang diikuti negara-negara di Asia Pasifik, dalam rilisnya, Jumat (12/10).

ASPAC Faltering Growth Forum sendiri telah berlangsung beberapa waktu lalu dengan menghadirkan tenaga medis, dan organisasi profesi kedokteran yang membahas diagnosa dan penanganan indikasi faltering growth atau gagal tumbuh pada anak.

Dalam kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan, faltering growth ditunjukkan dengan penurunan sebanyak 2 poin, atau tidak tumbuh pada pengukuran dalam 2 kurun waktu yang berkesinambungan.

"Jika tidak segera dilakukan intervensi, kondisi ini akan berujung pada kondisi malnutrisi (gizi kurang, gizi buruk), hingga berujung pada kondisi stunting," jelas dia.

Kondisi stunting pada dua tahun pertama kehidupan bersifat tidak bisa kembali (irreversible), sehingga pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara permanen. Perwakilan tenaga medis dari China, India, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar dan Thailand memaparkan kondisi malnutrisi di negara masing-masing dan penanganannya, serta berdiskusi mengenai penanganan malnutrisi yang tepat untuk rumah sakit dan komunitas, dan apa yang dibutuhkan untuk menurunkan prevalensi malnutrisi.

Hal ini termasuk peraturan pemerintah setempat yang mendukung tindakan preventif interventif terhadap gagal tumbuh. Malnutrisi dapat disebabkan oleh faktor konsumsi nutrisi yang kurang, penyakit bawaan lahir, hingga kondisi lingkungan yang terkontaminasi. Untuk menghindari faltering growth, nutrisi anak pada dua tahun pertama kehidupannya sangat perlu diperhatikan, termasuk kebutuhan mikronutrien dan makronutrien seperti protein hewani.

 

Hal ini juga berlaku bagi Ibu yang sedang menyusui. Kondisi ini harus dipertahankan dan dimonitor. Maka dari itu pemeriksaan rutin pertumbuhan anak sangat penting untuk deteksi dini faltering growth dan penentuan tindakan selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement