Jumat 12 Oct 2018 09:02 WIB

Tulis Surat untuk Relawan PMI, Arya: Kami Ingin Sekolah

Relawan melakukan pendampingan trauma secara intensif pascabencana.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah anak berada di posko pengungsi korban gempa dan tsunami di Masjid Agung Darussalam kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Sejumlah anak berada di posko pengungsi korban gempa dan tsunami di Masjid Agung Darussalam kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Dua pekan berlalu pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. Bencana ini menyisakan banyak cerita mendalam, terlebih bagi mereka para anak-anak yang menjadi korban.

Bencana ini mengundang hati nurani para relawan dari seluruh Indonesia. Salah satunya, Palang Merah Indonesia (PMI) yang berbondong-bondong ke Palu meski akses jalan masih sulit. Momen penanganan bencana pun menjadi kesempatan segenap relawan PMI untuk menghibur anak-anak korban. Mereka dirundung duka kehilangan rumah, keluarga, hingga pendidikan.

Sebagian relawan pun dengan senang hati menghabiskan waktu dengan mereka untuk bermain bersama anak-anak pengungsi. Memberikan dukungan psikososial lewat bermain sambil belajar. Hal itu rupayanya cukup membekas di hati salah satu korban pengungsian. Tepatnya di Desa Tondo, Kota Palu.

Sebut saja namaya Aras, siswa kelas 4 SD Inpres 1 Tondo. Ia menuliskan sepucuk surat pendek untuk para relawan PMI yang selalu setia menjadi teman belajar dan beramain selama di kamp pengungsian.

Melalui keterangan yang diterima Republika.co.id, Aras menyampaikan ucapan terima kasihnya melalui surat dengan rasa bahagia dan senang. Meski, suasana di pengungsian demikian menyesakkan dan sama sekali tak nyaman bagi Aras. 

"Surat untuk Kaka PMI, selama dipengungsian saya mengalami panas, sidih dan kedinginan pada malam hari, disaat itu saya berpisa dengan keluarga saya, saya pengen sekolah lagi untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi. Terimakasih kaka PMI yang telah menghibur aras bermain dan menggambar. Semoga kaka sehat selalu dan bisa main kembali ke pengungsian, salam dari saya Aras putra ramadan Mutar M Ali wahyudin." Tulis Aras.

Koordinator layanan Psikososial Support Program (PSP) PMI Palu, Malla Sari, mengatakan hampir setiap hari tim yang ia pimpin berkunjung kepada beberapa tenda pengungsian. Melakukan pendampingan psikososial dan interaksi dengan warga pengungsi baik kelompok ibu ibu terutama anak-anak.

Dirinya sangat terharu ketika mengunjungi kamp pengungsian dilapangan bola, Desa Tondo yang disulapnya menjadi pengungsian sementara warga masyarakat disana. Saat itulah dirinya mendapatkan sepucuk surat dari salahsatu anak pengungsi Aras.

"Terenyuh rasanya, tiba-tiba datang seorang anak memberikan surat yang ditulis  diatas kertas buku gambarnya. Setelah membaca kami pun dibuat tersenyum, dibenak kami, kegiatan yang kami lakukan memberikan dampak positif,” kata Malla.

Malla mengaku, kecemasan dan ketakutan masih menyelimuti banyak warga termasuk anak-anak. Karena itu, PMI mengajak interaksi dengan ibu-ibu dan anak-anak dengan berbagai metodologi psikologi untuk membangun semangat dan menguatkan mental.

Ini antara lain dengan mengajak bernyanyi, cerita, menggambar dan beberapa permainan edukatif. 

“Sedangkan saat bersama ibu-ibu, kami mengajak berbicara, diskusi kelompok dan melakukan kegiatan pertolongan pertama secara psikologis,” ujarnya. PMI  berharap warga dapat menerima kenyataan dengan tetap memiliki semangat dan mental yang kuat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement