REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat (Jabar), hingga saat ini masih memiliki masalah terkait stunting. Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 2017, tingkat Nasional presentase stunting sebesar 29,6 persen meningkat dibanding 2016 sebesar 27,5 persen.
Khusus di Provinsi Jawa Barat diketahui presentase stunting sebesar 29,2 persen. Salah satu yang cukup tinggi, terdapat di Kabupaten Garut terjadi peningkatan. Yakni, dari 24,9 persen pada tahun 2016 menjadi 43,2 persen ditahun 2017.
Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Ridwan Kamil, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terurama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Ketika isu stunting ini mengemuka dan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) untuk wilayah Jawa Barat tentunya menjadi PR PKK juga.
"Jadi apapun yang menjadi program pemerintah harus kita dukung. Kami punya jejaring yang tentu saja terbanyak (di Indonesia),” ujar Atalia, Jumat (12/10).
Atalia mengatakan, pihaknya nanti akan bekerja sama dengan dinas terkait, mengingat data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan ada 130 desa yang tersebar merata di sembilan kabupaten atau kota di Jawa Barat memiliki masalah stunting dan perlu penanganan pemerintah.
“Tahun ini ada sekitar 130 desa yang harus kita selesaikan permasalahan stunting," katanya.
Program inu, kata dia, akan dimulai pada Bulan November. Kemudian, pada Januari 2019, PKK akan melakukan pelatihan dan bergerak ke masyarakat untuk penyuluhan.
"Nah bergerak ke masyarakat itu yang paling penting adalah sosialisasi penyuluhan. Jadi masyarakat saat ini masih kekurangan pengetahuan,” katanya.
Menurut Atalia, PKK memiliki tiga fungsi penting yang turut membantu program pemerintahan, yaitu fungsi pendataan, penyuluhan dan penggerakan. Fungsi inilah yang akan dimaksimalkan pihaknya untuk membantu pemerintah menangani masalah stunting di Jawa Barat
Kunci sukses dalam pembangunan kesehatan ke depan, kata dia, sangat ditentukan oleh adanya komitmen politis dari semua pihak. Sehingga, keterpaduan antara komponen pelayanan kesehatan lintas sektor dengan dukungan masyarakat menjadi kebijakan strategis dalam meningkatkan gizi balita.
Stunting merupakan suatu masalah yang sedang dihadapi dunia ini. Menurut data WHO 2012 terdapat sebanyak 162 juta anak di bawah usia lima tahun (Balita) secara global mengalami stunting. Gagal tumbuh pada masa emas ini dapat berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan akan terlihat jelas pada saat anak mulai masuk usia sekolah karena pada masa ini anak akan mengalami pertumbuhan lambat atau phase growth plate.
Masalah stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis atau menahun yang dipengaruhi dari kondisi ibu, baik sebagai calon ibu, pada masa janin dan perawatan bayi, pola asuh, asupan makanan pada masa bayi dan balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya yang tidak hanya terkait masalah kesehatan namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan ibunya.