REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, belum dapat memastikan jumlah korban meninggal atau hilang akibat likuifaksi di beberapa wilayah Sulawesi Tengah. Menurut dia, berdasarkan informasi dari kepala desa, diperkirakan lima ribu orang tertimbun di Kelurahan Petobo dan Balaroa.
"Belum ada perkembangannya, begitu lurah itu ditanya detail masih belum tahu, hanya katanya dan kemungkinan," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (11/10).
Sebelumnya, ia mengatakan, angka tersebut berasal dari laporan kepala desa di Balaroa dan Petobo. Kendati demikian, BNPB masih perlu melakukan verifikasi dan konfirmasi data korban untuk menentukan angka yang valid. Sehingga, perkiraan jumlah lima ribu itu tidak bisa diinput ke dalam jumlah korban terdampak bencana di Sulteng.
"Jadi itu tidak bisa digunakan dalam data penanggulangan bencana, baik korban hilang atau meninggal tidak bisa," kata Sutopo.
Sutopo mengakui, tim di lapangan sangat sulit mendapatkan angka yang pasti. Sebab, kerusakan yang ditimbulkan likuifaksi sangat parah. Proses likuefaksi membuat tanah berubah menjadi lumpur pascagempa. Alhasil, bangunan di atasnya terseret bahkan ambles.
Berdasarkan data BNPB, luas area likuefaksi di wilayah Balaroa mencapai 47,8 hektare (ha). Di luasan wilayah itu, BNPB memperkirakan ada 1.471 unit bangunan rusak. Di Petobo, luas area terdampak sekitar 180 ha dengan sedikitnya 2.050 unit bangunan rusak.
Sementara di Desa Jono Oge di Kabupaten Sigi luas area yang mengalami likuefaksi mencapai 202 ha. Sutopo juga menambahkan, likuifaksi juga terjadi di Mpano, Sidera, Lolu, dan Biromaru, Sigi.
Sebelumnya, BNPB telah melaporkan data terkait korban meninggal dunia di daerah terdampak likuifaksi pada Ahad (7/10) lalu. Sutopo menyebut, 165 orang meninggal dunia di Balaroa (Kota Palu), 120 orang meninggal di Petobo (Kota Palu), dan dua orang meninggal di Jono Oge (Sigi).
Sementara, hingga Kamis (11/10) pukul 13.00 BNPB mencatat jumlah korban meninggal terdampak gempa dan tsunami termasuk likuifaksi di Sulawesi Tengah mencapai 2.073 orang. Akan tetapi, Sutopo tidak merinci jumlah korban akibat likuefaksi di beberapa wilayah.
Selain itu, korban luka berat mencapai 2.549 orang dan 8.130 orang mengalami luka ringan. Pengungsi terdampak gempa, tsunami, dan likuifaksi sebanyak 87.725 orang. Korban hilang sebanyak 680 orang yang terdiri dari 652 orang di Kota Palu, 12 orang di Sigi, 14 di Donggala, dan 8 orang di Parigi Moutong.
Rumah rusak akibat gempa dan tsunami mencapai 67.310 unit. Fasilitas tempat ibadah yang terdampak bencana sebanyak 99 unit dan fasilitas kesehatan 22 unit. BNPB juga mencatat, sekolah mengalami kerusakan 219 rusak berat, 339 rusak sedang, dan 104 rusak ringan.