REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Proses evakuasi korban gempa bumi dan likuefaksi di Kelurahan Petobo, Kota Palu, dihentikan pada Kamis (11/10). Evakuasi dihentikan atas dasar pertimbangan banyak hal, termasuk pertimbangan medis, psikologi, sosial, dan agama.
"Sementara, masih mengikuti instruksi dari posko utama kami bahwa ini hari terakhir tim Basarnas dan SAR gabungan melakukan proses evakuasi," kata Safety Officer Tim SAR Gabungan di Petobo, Chandra Kresna, kepada Republika.co.id, Kamis (11/10).
Chandra mengatakan, sekarang sudah memasuki hari ke-14 proses evakuasi. Sampai hari ini, tim SAR gabungan sudah mengevakuasi 180 jenazah dari wilayah Petobo. Sementara, sisa korban yang masih tertimbun di bawah puing dan tanah belum dapat diprediksi karena luasnya area evakuasi di Petobo.
Ia mengungkapkan, ada kendala saat melaksanakan proses evakuasi. Di antaranya kendala cuaca, jika terjadi hujan, evakuasi harus dihentikan sementara karena alasan faktor keselamatan. Sebelum evakuasi dihentikan, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sejumlah jenazah.
"Hari ini kami berhasil mengevakuasi lima korban. Hari terakhir ini korban kami temukan dalam kondisi lengkap, satu tidak dikenal apakah itu laki-laki atau perempuan," ujarnya.
Chandra menginformasikan, di wilayah evakuasi masih banyak material berbahaya, seperti atap seng dan material-material lainnya yang tajam. Bahkan, kemungkinan banyak bakteri dan zat-zat kimia lain yang bisa membahayakan masyarakat. Jika masyarakat masuk area evakuasi tanpa alat perlindungan diri yang cukup, akan sangat berbahaya.
Wilayah yang terdampak likuefaksi di Petobo panjangnya sampai dua kilometer. Sementara, lebarnya belum dapat dipastikan. Sekali lagi, Basarnas mengimbau masyarakat supaya tidak memasuki area tempat terjadinya gempa bumi dan likuefaksi karena berbahaya bagi keselamatan.