Kamis 11 Oct 2018 17:01 WIB

Petobo Ternyata Bekas Sungai Purba

Petobo dan Balaroa tak akan lagi jadi tempat hunian.

Petugas kesehatan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Yusran Uccang
Petugas kesehatan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Sehendar  meninjau daerah terdampak bencana di Sulawesi Tengah. Ia pun memberikan hasil, bahwa area likuifaksi tidak akan layak huni lagi. Ke depan, kata Rudy,  wilayah Petobo akan menjadi memorial park.

"Area ini akan mulai ditimbun, untuk dijadikan memorial park dalam bentuk luar terbuka hijau. Saat ini kita sedang menunggu bondering areanya," ujar Rudy.

Badan Geologi sebelumnya pada 2012 telah memetakan jalur yang melewati Petobo dan Balaroa ini sebagai wilayah potensi likuifaksi tertinggi. Berbagai survei telah dilakukan, di daerah ini tebal lapisan alluvial hingga 14 m.

Baca juga,  Syahadat Terakhir Rika Saat Lumpur Tenggelamkan Petobo.

"Di beberapa tempat kumulatif lapisan pasirnya hingga 7,2 meter, itu kami temui di Petobo," ungkap Rudy.

Ia menyebut dengan kondisi tersebut diikuti pergerakan lumpur, terjadilah semacam turbulensi karena di atasnya ada material/beban, mengakibatkan likuifaksi yang massif.

"Ini sejarahnya merupakan bekas sungai purba dan mengalami pengurukan untuk pemukiman warga. Petobo itu juga merupakan daerah lereng panjang, ketika terjadi likuifaksi, kekuatannyanya hilang" lanjutnya.

Masyarakat yang sebelumnya menghuni wilayah rawan likuifaksi akan dipindahkan ke hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap). Hal itu akan kita koordinasikan lagi dengan Pemerintah setempat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement