REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencatat sebanyak tiga waduk yang ada di wilayah itu mengalami penyusutan air secara drastis. Waduk tersebut mengalami kekeringan selama musim kemarau 2018. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Kabupaten Madiun, Arnowo di Madiun, Selasa (9/10) mengatakan, ketiga waduk tersebut adalah Waduk Saradan, Notopuro, dan Dawuhan.
Karena mengalami kekeringan yang signifikan, maka waduk berhenti berfungsi mengairi sawah petani sejak beberapa bulan terakhir. "Debit air di waduk sangat kritis dan tidak bisa lagi digunakan untuk mengairi sawah petani. Makanya, kami hentikan," ujar Arnowo kepada wartawan di sela kegiatan bersama Bupati Madiun di Pendopo Muda Graha Madiun.
Arnowo menegaskan, penghentian operasional waduk saat kering sangatlah penting. Sebab, jika dipaksakan beroperasi maka mengakibatkan konstruksi waduk rusak. "Operasional waduk baru bisa kembali dijalankan saat memasuki musim hujan tiba, nanti," kata dia.
Sesuai data, luasan sawah yang berhenti mendapat pasokan air akibat tidak beroperasinya irigasi dari ketiga waduk tersebut mencapai 4.696 hektare lebih. Adapun sawah-sawah tersebut terdapat di Kecamatan Saradan, Wonoasri, dan Pilangkeceng. Untuk itu, Pemkab Madiun mengimbau petani tidak menanam padi saat musim tanam kemarau berlangsung.
Sesuai arahan, petani di Kabupaten Madiun diminta menerapkan pola tanam padi-padi-palawija guna menghindari gagal panen yang dapat menyebabkan kerugian dari pihak petani sendiri. Sedangkan bagi petani yang nekad menanam padi, untuk pengairan sawah, Pemkab Madiun mengandalkan keberadaan 192 sumur pompa dalam. Selain itu, petani juga menggunakan sumur pompa dangkal atau diesel secara swadaya.