Selasa 09 Oct 2018 11:37 WIB

Nurul, Korban Gempa yang Bertahan Hidup di Samping Jasad Ibu

Sang ayah membuatkan telur dadar agar Nurul bisa bertahan.

Alat berat bantuan United Tractor Group mengengevakuasi reruntuhan rumah korban gempa di Palu, Rabu (3/10). UT Group memulai pada tahap evakuasi dengan mendatangkan sejumlah alat berat berupa 4 unit excavator, 1 unit bulldozer dan 1 unit lowboy yang beroperasi di lokasi gempa di  Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah.
Foto:
Seorang warga mencari barang-barang yang masih bisa diselamatkan di antara puing-puing bangunan yang roboh di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10).

Satu anggota berusaha mengajak Nurul bicara dengan memegang kepalanya sembari memberi semangat. Kedua tangan Nurul yang sudah keriput memeluk kaki anggota Basarnas. Sesekali ia diberikan air minum agar tidak dehidrasi di tengah teriknya panas matahari yang menyegat.

Sementara, anggota lainnya berjibaku menguras air menggunakan ember bekas cat. Ada juga anggota yang membuatkan bendungan kecil agar air tidak kembali ke kubangan. "Saya mau tidur, pulang semua, apa kalian bikin dari rumah saya, jangan ganggu, saya mau tidur, pergi sana semua saja," tutur Nurul berhalusinasi. 

Sulitnya medan tidak meruntuhkan semangat tim Basarnas, berbagai cara dilakukan agar anak ini selamat. Korban terjepit batu bersama almarhumah ibunya sehingga batu tersebut harus dikeluarkan. Banyak orang datang hanya melihat-lihat dan tidak membantu.

Orang-orang ini sibuk mencari keluarga mereka yang tertimbun reruntuhan bangunan rumah. Sebagian lainnya hanya melihat-lihat puing-puing reruntuhan akibat gempa, sambil berfoto-foto. Evakuasi Nurul berjalan selama 14 jam lebih dan berlangsung dramatis.

Air perlahan mulai surut, anggota Basarnas langsung menggali untuk memindahkan batu tersebut dan mengangkat korban selanjutnya beserta mayat ibunya. Ternyata, di bawah Nurul masih ada puluhan jasad lainnya yang tertimbun.

Nurul selamat dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis, mengingat kondisi tubuhnya sangat lemah, tangan dan kakinya berkeriput, badan keram akibat terjepit dan terendam air selama dua hari. Begitu pun jasad ibunya dimasukkan dalam kantong mayat lalu dibawa ke rumah sakit setempat.

Seusai Nurul dievakuasi, berselang beberapa saat, Presiden Joko Widodo tiba-tiba datang mengunjungi lokasi Balaroa yang amblas itu. Presiden melihat langsung dampak ditimbulkan gempa, selanjutnya menginstruksikan segera memberikan pertolongan bagi korban pascagempa.

Cerita Ayah Korban

Yusuf, ayah dari Nurul Istihara, korban selamat menceritakan mengapa ia selamat saat terjadi gempa. Siang itu, sudah ada tanda-tanda getaran-getaran hingga menjelang sore. Ia berada di rumah tetangga bersebelahan dengan rumahnya saat gempa berlangsung delapan detik.

"Saya di sebelah rumah, tiba-tiba terjadi goyangan sangat keras seperti diguncang, orang semua berlarian keluar, saya pun ikut berlari keluar menyelamatkan diri, saya lihat tanah tiba-tiba turun dan seolah menelan rumah-rumah di sini begitu cepat, saya baru sadar ada keluarga di dalam," ucapnya kepada penulis.

Kejadian itu, saat masuk waktu mahgrib, listrik padam. Ditambah suasana mencekam orang-orang panik dan tidak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah. Orang-orang kebingungan, menangis, berteriak, bahkan masuk ke dalam lokasi mencari keluarganya.    

Usai gempa, dia memberanikan diri mencari keluarganya, meski secara perlahan-lahan langit mulai gelap. Selang beberapa saat dia menemukan anak dan istrinya, kendati satu anaknya yang lain sudah hilang.

"Saya mendapati anak dan istri saya masih hidup, tapi terjepit dan tertanam sebagian badannya di tanah. Saya berusaha menghibur mereka agar tetap kuat sambil mencari bantuan. Tetapi, Tuhan berkata lain, istri saya hanya bertahan enam jam lalu meninggal," tuturnya sedih. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement