Selasa 09 Oct 2018 05:01 WIB

Khabib, Zidane, MacGregor: Terkenang Karavan Holid Dagestan

Meski tergencet di semasa Uni Sovyet ternyata ajaran Islam tak mati di Rusia.

Sebagian rombongan jamaah haji asal Rusia yang ke Makkah dengan menggunakan mobil karavan tengah melepas lelah di Terminal Kudai, Makkah
Foto:

Terkait kisah ini, juga ada tulisan dari Michel Schwirrtzdec pada tahun 2007 silam. Dia mengisahkan seperti apa Dagestan yang menjadi negara bagian Federasi Rusia itu. Ceritanya dimulai dari kisah Gulsine Fatakhudinova, seorang Muslim Tatar berusia 56 tahun. 

Schwirrtzdec melukiskan pandangan mata ketika dia datang membawa koper untuk berdoa di masjid yang kehijauan di Moskow tengah itu. Badannya terselip di antara salah satu dari lusinan orang yang tiba masjid itu satu yang terbungkus mantel tebal dan topi bulu dalam hari-haru terakhir musim dingin. Pakaian tebalnya itu akan terus dia kenakan, setidaknya untuk sementara waktu sampai udara dingin sedikit mereda. Schwirrtzdec menulis tentang kebangkitan agama, khususnya agama Islam, di Rusia.

Memang bagi kebanyakan orang Indonesia banyak yang belum tahu bahwa Muslim dan jamaah haji asal Rusia  cukup banyak. Bagi yang kaya mereka naik pesawat terbang untuk sampai ke Makkah. Tapi bagi yang 'cukupan' dan ingin berpetualang mereka naik kendaraan roda empat seperti yang sempat saya temui di Terminal Khudai, Makkah, itu.

Selanjutnya dalam tulisannya Schwirrtzdec menulis kisah begini: Selama beberapa dekade Gulsine Fatakhudinova dan orang Muslim Rusia lainnya memang dihalangi oleh Soviet untuk melakukan ritual suci Islam itu, yakni pergi berhaji. Tapi seiring dengan perubahan rezim dan runtuhnya Uni Sovyet, mereka kini termasuk di antara puluhan ribu Muslim Rusia mendapat kemudahanan untuk melakukan perjalanan haji ke Arab Saudi.

Bahkan jumlah mereka telah membengkak dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar berkat kekayaan Rusia yang terus bertambah dan peningkatan stabilitas di wilayah pegunungan Kaukasus Utara yang didominasi Muslim, termasuk Chechnya dan Dagestan. Kemakmuran pun mulai datang akibat memudarnya efek buruk dari hampir satu dekade hidup dalam suasana perang.

Hebatnya, bukan hanya sekali, Fatakhudinova pun melakukan perjalanan haji untuk kedua kalinya."Tahun ini saya akan pergi untuk ibu saya, untuk ibu saya yang sudah meninggal, yang tidak dapat pergi haji selama hidupnya," katanya. Dia menjelaskan bahwa keluarganya dari dahulu selalu beragama, bahkan selama era komunis Soviet sekalipun.

"Aku pergi untuk Allah," kata Fatakhudinova. “Ini agar ketika di hadapan Tuhan, yakni ketika kita dibangkitkan, ibu saya akan merasakan bila dirinya sebagai seorang haji."

Terkait haji, dahulu pemerintah Soviet hanya mengizinkan 18 orang setiap tahun untuk melakukan perjalanan. Hal ini dikatakan Rushan Abbyasov, direktur hubungan internasional di Dewan Mufti Rusia. Namun sekarang, pembatasan ini tak ada lagi.’’Pembatasan hanya pada jumlah peziarah berasal dari Arab Saudi, yang menjadi tuan rumah bagi haji,’’ katanya.

Tak hanya Islam, agama lain seperti Kristen Ortodoks, juga sedang dalam keadaan kebangkitan di Rusia setelah bertahun-tahun dikurung di dapur dan ruang bawah tanah Uni Soviet. Kala itu, rezim komunis sangat membatasi praktik terbuka semua agama.

Rusia setidaknya kini memiliki sekitar 4.000 masjid. Ini tentu saja berbeda jauh bila dibandingkan dengan jumalh masjid yang hanya 90 buah pada era Uni Soviet. Di Moskow, belanja makanan dan toko-toko Muslim pun marak. Gerai busana Muslim telah muncul, dan rumah sakit pertama yang melayani umat Islam juga telah dibuka.

Lalu bagaimana sikap Presiden Rusia Vladimir Putin? Pihak Kremlin ternyata telah bekerja untuk membangun fasilitas Muslim dan termasuk keleluasaan untuk melakukan ziarah haji. Ini tampaknya diambil sebagai bagian dari strategi untuk menangkal potensi keresahan di kalangan Muslim. Putin menganggap Muslim adalah bagian tak terpisahkan dan menjadi tulang punggung kekuatan Rusia. Sikap ini tercermin secara jelas ketika dia memberikan selamat kepada Khabib setelah menekuk pria berdarah Irlandia, MacGregor.

Kemudian bagaimana kaitannya dengan ingatan film The Gang of New York? Maka jawabannya kok sepertinya cukup tepat untuk mengerti mengapa MacGregor berani berbuat kasar dan brutal seperti itu. Dalam film yang mengisahkan para pendatang Irlandia pada masa awal Amerika Serikat itu hanya berisi adegan tindakan brutal dan kekerasan. Tak ada penyesalan meski telah melakukan tindakan rasis, menghina agama dan pribadi orang, merusak properti seperto di lakukannya dengan merusak bus official Khabib di Broklyn, New York sewatu tengah berlatih dulu.

Atau inikah cara orang Eropa dan keturunannya ketika menghina untuk memrpovokasi orang lain. Ingat kisah tandukan kemarahan Zainudin Zidane saat final Piala Dunia kepada Marco Materazi. Kapten sepabola tim Perancis tiba-tiba menanduk dada pemain Italia yang terus meneriakan kalimat seperti dikatakan Conor Mg Gregor. Menghina agama dia hingga mengatai ibunya seperti perempuan jalang. Ini dilakukan dia karena ingin menghalangi Zidane agar tak tampil sempurna pada pertaningan final piala sepakbola dunia itu.

Nah, dalam  film yang di sutradari legendaris Martin Scorsese itu alur cerita mirip. Kisah para pendatang awal otang Eropa masa awal di Amerika (New York) tergambar jelas. Di sana para pendatang asal Irlandia dari awal hingga akhir terlihat hanya hidup dengan melakukan kekerasan dan darah. Entah mengapa sosok MacGregor kemudian eksis dengan sosok yang diperankan kaum pendatang yang juga asal Irlandia tersebut. Berbeda dengan Khabib, MacGregor enggan minta maaf. Bahkan, setelah 36 jam sejak pertarungan, Gregor malah mengatakan bila dia hanya kalah dalam pertempuran, bukan peperangan. Ini artinya perseteruan berlanjut.

Maka, apakah benar pikiran saya? Apakah pejoratif ini hanya stereotip saja seperti kita menyebut orang Jawa Solo dan Yogya halus atau orang luar Jawa kasar? Ataukah Mc Gregor ternyata hanya mencari uang seperti dilakukan para anggota 'The Gang Of New York' pada tahun 1846 dahulu.

Jawabnya entahlah. Meski begitu memang ada pesan dari Sayyidina Ali: bila ingin melihat kualitas perilaku seseorang maka lihat saja dengan siapa berkawan. Apakah ini tetap berlaku sampai kini? Wallahu'alam bissawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement