Senin 08 Oct 2018 18:15 WIB

Program 5NG Bawa Jawa Tengah Turunkan AKI

Program ini isunya tidak hanya untuk kesehatan ibu dan bayi saja.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat menghadiri launching Desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan puncak sedekah bumi Desa Lerep.
Foto: Bowo Pribadi.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat menghadiri launching Desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan puncak sedekah bumi Desa Lerep.

REPUBLIKA.CO.ID,  SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengklaim program ‘5NG’ telah mampu menekan Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah. Sejak diluncurkan di 2016 lalu, program yang memiliki kepanjangan ‘Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng’ ini mampu menurunkan angka AKI hingga 14 persen per tahun.

Hal ini diungkapkan gubernur saat menerima kunjungan perwakilan United States Agency for International Development (USAID) di rumah dinas Puri Gedeh, Semarang, Senin (8/10). Ia menjelaskan, pada  2013, AKI di Jawa Tengah masih mencapai 118,62 per 100 ribu kelahiran hidup.

Setahun sejak diluncurkannya program 5NG, AKI di Jawa Tengah pada 2017 turun menjadi 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup. “Dengan keberhasilan menurunkan AKI sebesar 14 persen per tahun ini, berarti Jawa Tengah telah melampaui target dunia (SDG’s) sebesar tiga persen per tahun atau 90 per 100 ribu kelahiran hidup,” jelasnya.

Gubernur menegaskan, aas keberhasilan ini, Pemprov Jawa Tengah memang masih ingin mempertajam program 5NG di lima tahun berikutnya. Bahkan program ini isunya tidak hanya untuk kesehatan ibu dan bayi saja, tetapi juga mencakup isu kualitas janin dalam menekan isu stunting.

Karena untuk mengatasi stunting kesehatan saja tidak cukup. “Namun juga masih banyak faktor penentu keberhasilan lainnya, seperti harus punya rumah yang sehat, jamban, pangan yang cukup dan gizi yang cukup,” jelasnya.

Persoalan inilah, lanjut gubernur, yang akhirnya dilirik USAID melalui program Jalin atau program USAID yang khusus khusus mengurangi persoalan kematian ibu dan anak dengan mengonsolidasikan lintas sektoral.

Sehingga, kalau nanti muaranya adalah kualitas kesehatan manusia sejak dalam kandungan sampai lahir, maka gubernur akan segera meminta dibuatkan analisisnya.

“Khususnya mengenai sektor apa yang mendukung, metode apa yang dipakai, politik anggarannya seperti apa, regulasi apa yang mesti dibuat, dan seterusnya,” jelas Ganjar.

Sementara itu, perwakilan Jalin USAID, Budiharja, menegaskan dalam kerangka kerjanya, Jalin juga bakal menggandeng peran aktif dari pihak swasta dan masyarakat untuk mengumpulkan data.

Dari data- data dan informasi yang ada terkait kesehatan ibu dan anak, USAID akan mangajak duduk bersama antara pemerintah masyarakat dan swasta guna merumuskan bersama.

“Ibaratnya, kami ini jadi ‘mak comblang’, menghubungkan sana sini berdasarkan data. Bagaimana rumah sakitnya, pemerintahnya, swasta, masyarakat, dan bagaimana peran lintas sektoral,” ujarnya.

Program tersebut, lanjut Budiharja, bakal dia terapkan di Jawa Tengah sampai 2020. Dan yang menjadi sasaran utamanya adalah private sector, karena ranah tersebut yang saat ini jarang tersentuh.

Maka USAID juga akan menggandeng APINDO dalam mendukung program Jalin ini. “Pak gubernur juga memberikan arahan untuk menyusun langkah-langkah strategis guna melanjutkan program yang bagus seperti 5NG ini,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement