REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan baru satu sekolah di Palu yang mulai beraktivitas pascagempa Palu-Donggala yang terjadi pada 28 September. Sekolah yang mulai beraktivitas itu SMPN 13 Palu.
"Hari ini baru satu sekolah yang mulai beraktivitas yakni SMPN 13 Palu. Meskipun kegiatan belajar-mengajar masih berlangsung di luar ruangan, karena masih trauma," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, usai konferensi pers Gala Siswa Indonesia (GSI) di Jakarta, Senin (8/10).
Hamid mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan pendataan terhadap jumlah sekolah yang rusak. Hal ini dikarenakan dinas pendidikan baru beroperasi tiga hingga empat hari yang lalu.
"Masih berproses saat ini. Seperti yang disampaikan Pak Menteri baru perkiraan sekitar 2.300 sekian sekolah yang rusak. Tapi kami sedang melakukan pendataan." katanya.
Hamid menjelaskan bahkan di Kabupaten Sigi, akses transportasi masih sulit karena banyak jalan yang putus, jembatan roboh sehingga tidak bisa menjangkau daerah yang ingin dikunjungi.
Begitu juga dengan jumlah guru yang meninggal akibat gempa, pihaknya berupaya untuk mencari berbagai solusi. Salah satunya dengan merekrut sarjana pendidikan yang baru lulus.
"Persoalan yang terjadi di Sulawesi Tengah pasti agak lama dibandingkan Lombok, karena kerusakannya juga lebih parah dibandingkan Lombok."
Kemendikbud berusaha melakukan berbagai upaya, bahkan nantinya akan ada kebijakan khusus, sama seperti yang dilakukan ketika terjadi gempa dan tsunami di Aceh pada 2004.
Kebijakan khusus tersebut seperti mereka baru mengikuti Ujian Nasional (UN) saat sudah siap dan tidak mengikuti jadwal yang ditentukan. Kemendikbud berusaha membangun sekolah darurat dalam rangka mempercepat normalisasi proses belajar agar segera berjalan.
Untuk kebijakan jangka panjang, Kemendikbud akan mengadakan relokasi sekolah-sekolah yang sudah tidak dapat digunakan dan sekaligus menerapkan kebijakan zonasi yang saat ini sudah dilakukan.