REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman mencatatkan Rekor Muri untuk kain stagen terpanjang di dunia. Pemecahan rekor itu dilaksanakan dengan membentangkan kain stagen berwarna orange di Komplek Candi Banyunibo.
Uniknya, pembentangan dilakukan dengan formasi angka 102 dan diangkat 110 anak yatim. Serah terima piagam dilakukan langsung Executive Manager Museum Rekor Indonesia kepada Bupati Sleman.
Setelah diresmikan, kain stagen terpanjang di dunia itu dilelang dengan harga Rp 100.000 per lima meter. Hasil lelang didonasikan untuk korban bencana Palu dan Donggala.
Kain stagen yang dibuat alat tenun itu dikerjakan di Dusun Pingitan, Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan. Kegiatan itu turut dimeriahkan penampilan senam massal, donor darah, bersepeda dan jalan sehat.
Executive Manager Muri, Sri Widayati, mengaku turut senang dengan keberhasilan mencatatkan rekor kain stagen terpanjang ini. Ia berharap, keberhasilan ini menjadi pemicu prestasi-prestasi lain dari Kabupaten Sleman.
Penyerahan sertifikat dari Museum Rekor Indonesia (Muri) atas kain stagen terpanjang dunia kepada Kabupaten Sleman.
"Rekor Muri stagen tidak hanya tercatat sebagai rekor nasional saja, melainkan telah dikukuhkan sebagai rekor dunia ke 8.666," kata Sri, Ahad (7/10).
Pemecahan rekor ini turut dilaksanakan untuk memperingati hari jadi Kabupaten Sleman ke-102 tahun. Pelaksanaan dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman bekerja sama dengan Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS).
Awalnya, panjang stagen yang didaftarkan ke Muri sepanjang 1.001 meter. Tapi, berdasarkan hasil pengukuran ulang yang dilakukan Muri ternyata stagen yang digunakan memiliki panjang 1.016 meter.
Kain stagen dibentangkan membentuk angka 102 dan dibawa 110 santri dari Panti Asuhan Yatim Piatu dan Dhuafa Muhammadiyah Bokoharjo Prambanan. Pengunjung turut menikmati nasi telang yang jadi jajanan khas Komplek Candi Banyunibo.
Stagen dibuat oleh Jumilah (50 tahun), warga Dusun Pingintan, Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY. Jumilah mengerjakan stagen dalam waktu 1,5 bulan dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan kalau stagen masih ada di Kabupaten Sleman. Bahkan, di Kabupaten Sleman, kain stagen diminati pasar mancanegara, terutama di Timur Tengah.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, memberikan apresiasi tingginya kepada semua elemen yang sukses melaksanakan pemecahan Rekor Muri tersebut. Ia berharap, kegiatan itu sekaligus memasyarakatkan lagi penggunaan alat tenun bukan mesin.
"Memiliki daya seni tinggi, sehingga menghasilkan berbagai kreasi dan menjadi nilai jual tinggi," ujar Sri.
Ia mengingatkan, pada masa lampau setiap keluarga memiliki setidaknya dua buah stagen. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, stagen seakan terpinggirkan karena masyarakat lebih senang memakai jeans, rok dan pakaian lain.
Tapi, Sri menekankan, dengan tangan-tangan inovatif UKM-UKM di Sleman bagian barat, stagen dapat diolah menjadi berbagai inovasi. Mulai dari tas, dompet, peci, syal dan barang-barang cantik lain.
Sri menilai, kreasi-kreasi itu dapat menjadikan kain stagen lebih mendunia. Karenanya, ia berharap, pencatatan Rekor Muri ini mampu mengangkat produk olahan alat tenun bukan mesin dari Kabupaten Sleman.