Sabtu 06 Oct 2018 09:27 WIB

Kerja Keras Prabowo-Sandi

Prabowo-Sandi sudah mengambil dua langkah tepat dalam kasus Ratna.

M. Hafil
Foto: Republika/Daan Yahya
M. Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Hafil*

Prabowo Subianto sebenarnya sudah melakukan tabayyun atau klarifikasi kepada Ratna Sarumpaet, pada Selasa (2/10)malam, setelah siangnya berita tentang dugaan pengeroyokan yang dialami Ratna beredar luas. Klarifikasi itu dilakukan di Hambalang yang dihadiri oleh Prabowo, Amien Rais, dan Ratna sendiri.

Hasil klarifikasi, Ratna tetap bersikukuh bahwa dirinya menjadi korban pengeroyokan yang membuat wajahnya babak belur seperti foto yang beredar  di media sosial. Hingga akhirnya, Prabowo memercayai Ratna dan kubunya kemudian ikut menyuarakan kisah Ratna yang belakangan Ratna menyebutnya adalah sebuah kebohongan.

Karena ulah Ratna yang juga merupakan juru kampanye nasional Prabowo-Sandiaga Uno, reputasi kubu pasangan nomor urut dua tersebut pun tercoreng. Terutama, untuk mencegah terjadinya hoaks yang berasal dari kubunya sendiri.  Padahal sebelumnya, Sandiaga Uno saat deklarasi kampanye damai pilpres sudah menegaskan akan bertindak tegas terhadap pendukungnya yang menyebar hoaks.

Sekarang, kubu Prabowo sendiri juga menyadari dan mengakui karena ulah Ratna ini bisa menjadi bahan ‘gorengan’ media massa. Ini berakibat pada elektabilitas Prabowo-Sandi jelang enam bulan hari pemungutan suara.

Sejumlah pengamat politik yang berbasis lembaga survei juga sudah memprediksi dampak ulah Ratna terhadap elektabilitas Prabowo-Sandi. Meskipun, mereka belum melakukan survei. Tetapi, mereka akan menjadikan kasus Ratna ini sebagai salah satu bahan survei elektabilitas calon. Ibarat pepatah, ulah Ratna ini menjadi nila setitik yang merusak susu sebelanga.

Namun, kejadian kasus Ratna ini belum berarti kiamat untuk Prabowo-Sandi. Karena, pemungutan suara pilpres masih sekitar enam bulan lagi. Bisa jadi, kekhawatiran kubu Prabowo-Sandi bahwa kasus Ratna ini akan menjadi santapan media tidak terjadi.  Karena, tak menutup kemungkinan kasus Ratna ini akan tenggelam. Sama seperti isu-isu atau berita berita lainnya yang sempat menjadi perhatian publik.

Kubu Prabowo-Sandi harus terus bekerja keras untuk menaikkan elektabilitasnya. Ini penting agar pendukung setia mereka di akar rumput tidak berpaling hati dan tidak terpengaruh dengan kasus Ratna. Selain itu, untuk menggaet suara-suara mengambang (swing voters) yang belum menentukan pilihan.

Dua langkah awal positif sebetulnya sudah dilakukan. Yaitu, Prabowo yang meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena ikut menyuarakan kasus hoaks Ratna. Sikap Prabowo ini bisa menarik simpati dan memunculkan citra bahwa Prabowo adalah seorang gentleman yang mengakui kesalahan.

Kedua, memecat Ratna Sarumpaet dalam struktur Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. SIkap tegas ini bisa memunculkan citra Prabowo-Sandi menepati janjinya untuk menindak tegas anggotanya yang menyebarkan hoaks. Selain itu menunjukkan kesan bahwa seorang pembohong dan merugikan masyarakat tidak layak berada di kubu Prabowo-Sandi.

Namun, dua sikap awal itu saja masih belum cukup. Prabowo-Sandi perlu bekerja keras lagi untuk menciptakan terobosan-terobosan positif untuk mendongkrak elektabilitasnya selama enam bulan ke depan sebelum hari pemungutan suara Pilpres 2019.

*) Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement