REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan dirinya harus melihat langsung secara utuh persoalan yang dihadapi pascabencana di Sulawesi Tengah. Muhadjir meyakini dengan terjun langsung maka bisa memberikan solusi tepat.
"Turun ke lapangan perlu, untuk melihat secara utuh persoalan yang dihadapi, terutama di sektor pendidikan seperti apa. Supaya tahu perlakuan yang harus dilakukan itu apa," kata Muhadjir di Makassar, Jumat (5/10).
Untuk masa awal pemulihan, menurut dia, nanti akan ada kelas-kelas darurat yang didirikan berupa tenda-tenda standar dari Unicef. Tenda-tenda seperti ini juga sudah didirikan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan satu tenda bisa digunakan untuk enam kelas.
Tenda seharga Rp 30 juta ini, lanjutnya, bisa bertahan digunakan selama satu tahun. Setelahnya akan dibangun sekolah darurat yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Tapi kan Kementerian PUPR pekerjaannya juga banyak. Untuk jaga-jaga, sekolah darurat kita juga bisa dipakai," ujar Muhadjir. Dalam dua tahun, baru akan dibangun sekolah-sekolah permanen baru. Pembangunannya nanti akan mengikuti sistem zonasi, lanjutnya.
Saat ditanya anggaran yang disediakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk membantu memulihkan pendidikan di Sulteng pascabencana ini, Muhadjir mengatakan belum mengetahuinya. Ini karena sudah tidak ada anggaran khusus yang bisa dialokasikan.
"Kita tidak mengira akan ada gempa lagi, jadi saya belum bisa pastikan berapa anggarannya. Tidak ada anggaran khusus, nanti kita coba sisir anggaran di Kementerian," lanjutnya.
Mendikbud dijadwalkan akan bertolak ke Palu, Sabtu (6/10), dengan pesawat TNI AU melalui Makassar. Rencananya menteri akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota bersama Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Selanjutnya, Mendikbud akan meninjau sekolah yang terdampak gempa di Kota Palu dan sekitarnya. Dan ditutup dengan koordinasi penanganan yang akan dilakukan sebelum meninggalkan Sulteng.