REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyatakan momentum peringatan Hari Guru Internasional pada 5 Oktober ini menjadi waktu yang tepat untuk membenahi persoalan fundamental pendidikan di tanah air. Salah satunya, soal pendidikan siaga bencana.
Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim menuturkan, penyusunan pendidikan siaga bencana sudah mendesak, dan menjadi salah satu strategi untuk mengantisipasi bencana alam yang terus terjadi di tanah air. Indonesia, terang dia, secara geografis rentan dilanda bencana alam seperti gunung meletus, tsunami, gempa, longsor dan banjir.
Karena itu, menurut Satriwan, sudah seharusnya sekolah-sekolah, para guru dan siswa dibekali pendidikan kesiagaan bencana. Walaupun, dia mengakui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri sudah punya program Satuan Pendidikan Aman Bencana.
"Tapi program nasional ini ternyata belum dirasakan dampaknya bagi sekolah, guru, pegawai sekolah, siswa dan orang tua," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (5/10).
Satriwan menilai, program SPAB itu terkesan formalitas dan hanya diimplementasikan di daerah tertentu saja. Padahal secara nasional wilayah Indonesia adalah rentan bencana. FSGI dalam kondisi ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk membuat kurikulum Pendidikan Siaga Bencana sebagai kurikulum wajib.
Kurikulum tersebut terintegrasi di sekolah, baik dimasukkan ke dalam mata pelajaran tertentu maupun dibuat secara terpisah. Selain itu, juga perlu ada pemberian pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana secara berkualitas dan berkala kepada guru, siswa dan pegawai sekolah. Pelatihan yang tak formalitas belaka tentunya.
"Sudah waktunya sekolah-sekolah di tanah air dilengkapi dengan fasilitas siaga bencana, petunjuk-petunjuk dan cara penggunaannya, tanpa kecuali semua sekolah wajib memilikinya," ucap dia.
Kemudian, Satriwan melanjutkan, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga pencetak calon guru, hendaknya menyiapkan dan membekali para calon guru tentang Pendidikan Siaga Bencana. Yaitu dengan membuat model kurikulum yang bermuatan kesiapsiagaan bencana.
"Agar para calon guru ini nanti sudah dibekali keterampilan kesiapsiagaan bencana yang mumpuni," kata dia.