Jumat 05 Oct 2018 06:17 WIB

Masih Amankah Rupiah Kita?

Sejumlah indikator menunjukkan kondisi perbankan baik, juga ekonomi nasional

Ilustrasi Rupiah Melemah
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Rupiah Melemah

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ahmad Fikri Noor, Dessy Suciati Saputri

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus bergerak melemah. Kini, rupiah berada pada level psikologis menembus 15 ribu per dolar AS. Banyak pihak mengaku khawatir dengan situasi seperti ini.

Namun Bank Indonesia (BI) terus menyatakan kondisi rupiah masih dalam batas aman, meskipun sudah Rp 15 ribu per dolar AS. Menurut bank sentral, sektor keuangan dan sejumlah indikator perekonomian nasional masih terjaga baik.

Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara mengatakan pasokan dan permintaan valuta asing (valas) di dalam negeri masih berjalan baik. Kenaikan harga barang dan jasa pun relatif terjaga.

"Jadi, masih dalam batas aman. Jangan terpaku pada level," kata Mirza di kantor BI, Jakarta, Kamis (4/10). 

Level yang dimaksud Mirza adalah besaran nominal rupiah yang saat ini di angka 15 ribuan per dolar AS. Bank sentral mengingatkan untuk memperhatikan besaran persentase pelemahan di mana rupiah masih dalam batas aman dibandingkan mata uang lainnya.

Memang rupiah melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS pada perdagangan, Kamis (4/10). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah ditutup di level Rp 15.133 per dolar AS. Nilai tersebut lebih lemah dibandingkan posisi hari sebelumnya yang sebesar Rp 15.088 per dolar AS.

Mirza mengatakan sektor perbankan juga masih menunjukkan ketahanan yang kuat. Hal itu ditunjukkan dengan rasio kecukupan modal atau //capital adequacy ratio// (CAR) yang berada di atas 20 persen. 

Jumlah itu jauh di atas rasio minimal sebesar 8,5 persen tanpa mempertimbangkan aspek risiko kurs. Jika memperhitungkan risiko, kata Mirza, sebuah bank harus punya CAR minimal 14 persen. 

"Sekarang CAR di atas 20 persen. Jadi, masih kuat," kata dia. 

BI, sambung Mirza, selalu memperhatikan kondisi likuiditas di pasar. BI memandang likuiditas masih cukup, meskipun sebelumnya BI 7-Day Reverse Repo Rate dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. BI akan masuk ke pasar keuangan jika likuiditas mengetat.

Mirza meminta agar kondisi pelemahan rupiah jangan hanya dilihat posisi angkanya yang sudah melebihi level psikologis baru di atas Rp 15 ribu. Aspek volatilitas serta pasokan dan permintaan juga perlu diperhatikan.

enurut dia, Indonesia sudah mengalami volatilitas nilai tukar sejak 2013. Namun, volatilitas juga terjadi di negara lain, seperti India, Filipina, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, bahkan negara maju yang suku bunganya lebih rendah dari AS. 

Pelemahan ini justru terjadi saat pemerintah dan bank sentral bertemu dengan para pengusaha. Dalam deklarasi itu para pengusaha sepakat untuk memprioritaskan menggunakan rupiah dalam bisnisnya. 

Salah satu korporasi batu bara terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Tbk, bahkan kemarin menukarkan uang dolar AS mereka ke dalam rupiah setara dengan Rp 25 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement