Kamis 04 Oct 2018 23:08 WIB

Ini Langkah Pertama Sembuhkan Trauma Anak Korban bencana

Trauma healing pertama yang dilakukan adalah terapi permainan

Rep: MGROL 111/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang anak bersama orang tuanya mencari kerabatnya yang menjadi korban gempa dan tsunami di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Seorang anak bersama orang tuanya mencari kerabatnya yang menjadi korban gempa dan tsunami di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai bencana datang tidak menutup kemungkinan banyak korban yang mengalami trauma atas bencana alam yang terjadi khususnya bagi anak-anak. Psikolog klinis, Lisa M Djaprie mengatakan bahwa kondisi yang terjadi saat ini di sana tentunya belum stabil.

“Berbeda dengan Lombok yang sudah mulai stabil, kalau misalnya Palu karena baru terjadi pastinya masih dalam kondisi syok berat. Kemudian sekarang mulai stabilisasinya dan kita fokus pada Palu,” ujar Lisa di Kantorkuu Co Working Space Gedung Agro Plaza, Jakarta Selatan pada Kamis (4/10). 

Berbicara dari sisi anak-anak, Lisa mengatakan hal yang pertama kali adalah dengan melakukan trauma healing seperti mengajak bermain yakni dengan permainan anak-anak yang sangat sederhana. Hal tersebutnya dimaksudkan agar anak-anak korban bencana alam dapat melepaskan kesedihannya yang mendalam.

“Anak-anak mendem perasaan, dengan trauma healing yang dinamakan play therapy akan lebih lepas dan pelepasan traumanya akan lebih gampang,” tutur Lisa.

Setelah kondisi mental si anak mulai stabil maka langkah selanjutnya adalah merancang masa depan si anak dengan cara mengajaknya menggambar rumah impian atau membentuk sesuatu di masa depan mereka. Hal tersebut dilakukan untuk menimbulkan harapan, motivasi, serta kepercayaan diri di dalam diri anak-anak.

Selain bermain, trauma healing juga bisa dilakukan dengan mengajak anak-anak korban bencana alam berolahraga. Hal ini dilakukan karena olahraga diyakini dapat melepaskan hormon bahagia.

“Kalau sedih kita ajak olahraga, kita ajak bermain maka akan lebih release hormon bahagianya,” ujar Lisa menambahkan.

Kemudian untuk penyembuhan setiap anak-anak korban bencana alam Lisa mengatakan sama  hanya saja akan ada penilaian apakah ada anak yang lebih mengalami trauma parah dan itu akan diperlakukan dengan personal. Setelah dua langkah tersebut akan ada pendampingan anak-anak di tenda pengungsian dan jika ada keluarganya mengalami trauma akan diadakan trauma juga.

“Kita akan terapi massal, karena saya hipno terapi maka akan dilakukan hipnosis, kadang-kadang kita kerja sama dengan yoga trainer,” kata Lisa.

Lisa juga mengatakan sebenarnya lebih penting menyembuhkan trauma orang tua terlebih dahulu sebelum anak.

“Karena anak itu sebenarnya hanya melihat orang tuanya, kalau orang tuanya oke, dia juga oke. Jadi orang tua harus membaik dulu sebelum bisa menolong anaknya.”

Selain itu kesembuhan trauma yang dialami oleh anak korban bencana alam tidak dapat dipastikan namun dengan adanya trauma healing kemungkinan untuk sembuh ada 85%. Sisanya yang menentukan adalah faktor lingkungan sosial, faktor-faktor pendukung korban, dan bagaimana kondisi bencana alam.

Lisa mengakui bahwa timnya akan berangkat ke Palu untuk melakukan trauma healing dalam waktu-waktu terdekat. Tidak bisa sampai secepatnya karena menurutnya hal pertama yang penting sampai saat ada bencana alam adalah tim penyelamatan dan tim medis.

“Prosesnya ketika bencana terjadi yang pertama datang harus rescue dan medis, karena harus menyelamatkan dan mengobati. Kemudian saya masuk di hari kelima atau ketujuh, ketika semua sudah stabil,” ujar Lisa menjelaskan.

Lisa juga menambahkan bahwa tim trauma healing yang berangkat dari Jakarta ada berjumlah tiga orang dan 15 orang dari Makassar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement