Kamis 04 Oct 2018 09:54 WIB

Mengapa Industri Halal Begitu Menggiurkan?

Industri halal Indonesia bisa memaksimalkan sektor makanan dan pariwisata.

Sejumlah perahu nelayan bersandar seusai melaut di tepi pantai Pelabuhan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Rabu (25/7). Potensi segmen wisata halal dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup halal saat ini.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengunjung melihat aneka makanan halal dalam acara International Islamic Fair (IIF) 2016 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Lida Puspaningtyas

Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) akan meluncurkan Indonesia Halal Economy and Strategy Roadmap 2018/2019 pada November 2018. Peta jalan ini adalah hasil kerja sama IHLC dengan Dinar Standard.

CEO Dinar Standard Uni Emirat Arab, Rafi-uddin Shikoh, mengatakan, industri halal menjadi sektor yang sangat menguntungkan bagi Indonesia jika digali lebih dalam. Peningkatan ekosistem halal dapat menyumbang jumlah sangat signifikan kepada perekonomian. 

Ini mencakup mulai dari dampak ke angka produk domestik bruto (PDB), lapangan pekerjaan, hingga ekspor-impor. Industri halal mampu memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi hingga memajukan industri kreatif.

"Secara ekonomi, ekspor produk halal bisa menambah antara 5,1-11 miliar dolar AS per tahun pada PDB, tambahan lapangan pekerjaan dari 170 ribu hingga 333 ribu pekerjaan, dan substitusi impor hingga 500 juta dolar AS," kata Rafi-uddin dalam "Indonesia International Halal Lifestyle Conference" di Jakarta Convention Center, Rabu (3/10).

Imbas signifikan juga bisa terjadi pada posisi Indonesia dalam industri halal di kancah global. Dengan potensi sumber daya dan pasar yang besar, kata Rafi-uddin, Indonesia bisa menempati peringkat utama sebagai pusat industri halal.

Pemerintah Indonesia, sambung dia, menargetkan perbaikan PDB mencapai 4 triliun dolar AS pada 2025 dan 15 triliun dolar AS pada 2050. Dengan memanfaatkan ekosistem halal, tujuan tersebut sangat mungkin terlaksana. 

Fokus yang dijalankan pada industri ini, yaitu dengan memaksimalkan sektor makanan dan pariwisata. Selain itu, industri halal pun bisa merambah makanan, farmasi, kosmetik, pariwisata, media, fashion, dan keuangan syariah.

Saat ini, Indonesia masih menjadi pasar dan konsumen terbesar. Dalam pangsa pasar ekonomi halal global 2017 yang jumlahnya 2,1 triliun dolar AS, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara konsumen ekonomi halal, yakni sekitar 10 persen. 

Namun, nilai ekspornya hanya 3,8 persen dari total pasar halal global. Masyarakat Indonesia pun masih harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhannya ketika berkaitan sesuatu yang halal.

"Padahal, potensi Indonesia di industri halal ini sangat besar dan bisa dimaksimalkan, tak hanya memenuhi pasar domestik, tapi juga internasional," kata Rafi-uddin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement