REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gempa bumi tentu merupakan bencana yang tak diharapkan oleh siapapun. Selain risiko korban jiwa, kerugian material yang tinggi juga diharapankan tak terjadi. Namun di balik itu semua, gempa bumi ternyata memiliki imbas tersendiri bagi produksi minyak dan gas bumi.
Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Tutuka Ariadji mengungkapkan, bencana gempa bumi memang tak bisa dihindari bakal mengganggu operasional hulu hingga hilir migas. Namun, gelombang seismik yang dihasilkan dari gempa diyakini bisa secara signifikan meningkatkan produksi migas yang keluar dari sumur.
"Ini melihat dari referensi, justru bisa meningkatkan produksi minyak. Bisa menstimulus untuk meningkatkan produksi. Sedangkan kalau operasional yang terganggu, misalnya eksplorasi," ujar Tutuka usai membuka Simposium IATMI di Padang, Selasa (2/10).
Tutuka menyampaikan, teori menarik bahwa gempa bumi justru meningkatkan angka produksi didapat dari sejumlah riset di sejumlah negara. Dua negara yang pernah menjadi sasaran riset adalah Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Di dua negara tersebut, pernah dilakukan percobaan dengan menembakkan gelombang seismik pada sebuah lapangan migas.
Hasilnya, angka produksi tercatat mengalami kenaikan. "Meski, di sini memang belum terbukti teori tersebut. Namun ada potensi ke arah sana," kata Tutuka.
Penjelasan Tutuka tersebut mengacu pada gempa bumi yang melanda Sulawesi Tengah pekan lalu. Sebagai informasi, ada sejumlah blok migas di Sulawesi Tengah, seperti Blok Matindok, Blok Senoro dan Tiaka. Blok Senoro-Toili dan Blok Tiaka merupakan blok migas yang dikelola JOB Medco Energi dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) lewat Pertamina-Medco E&P Tomiri Sulawesi (PMTS JOB). Sementara Blok Matindok dikelola oleh PT Pertamina E&P Matindok (Proyek Pengembangan Gas Matindok/PPGM).