REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pencarian korban meninggal akibat gempa dan tsunami yang mengguncang Palu dan wilayah sekitar terus dilakukan. Petugas evakuasi, Selasa (2/10), mengungkapkan, mereka telah menemukan jasad 34 murid di dalam sebuah gereja yang dihantam longsor akibat gempa bumi pada Jumat lalu.
"Ada 34 jasad yang ditemukan oleh tim," ujar juru bicara Palang Merah Indonesia Aulia Arriani kepada AFP dan dilansir Channel News Asia, Selasa (2/10).
Ia menambahkan, 86 siswa sebelumnya dilaporkan hilang saat berlangsungnya kamp studi bibel di Pusat Pelatihan Gereja Jonoge di Sigi Biromaru. Artinya masih ada 52 siswa yang belum jelas nasibnya.
Menurut Aulia kendala utama yakni sulitnya menembus daerah longsoran tersebut. "Membutuhkan waktu 1,5 jam jalan kaki membawa jasad-jasad itu sampai dengan ke lokasi ambulans," tuturnya.
Baca juga, Likuifaksi, Fenomena Mengerikan Saat Gempa di Palu.
Gempa berkekuatan 7,4 skala richter dan dilanjutkan dengan tsunami lebih dari 3 meter menghancurkan Kota Palu dan wilayah di sekitar. BNPB pada Senin (1/10), mengungkapkan, sedikitnya 844 orang meninggal akibat gempa tersebut. Namun jumlah itu sangat mungkin bertambah mengingat, masih banyak korban yang belum dievakuasi.
Sigi Biromaru merupakan kecamatan di Kabupaten Sigi dan berada di daerah pinggiran di sebelah tenggara kota Palu. Wilayah ini berada di daerah perbukitan.
Para pengungsi yang selamat masih berjuang di tengah keterbatasan. Tak sedikit di antaranya yang memilih untuk keluar dari Kota Palu. Mereka rela mengantre berjam-jam di bandara untuk bisa ikut dalam pesawat militer.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, mengatakan, masyarakat yang mengantre di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu akan diangkut dengan menggunakan KRI Makassar. Kapal tersebut bisa mengangkut 1.000 orang sekali jalan.
"Tadi sudah dapat dijelaskan (mereka) akan diangkut dengan KRI Makassar yang akan segera mendarat ke sana bawa pasukan bisa 1.000 sekali angkut," tutur Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Senin (2/10).
Ia akan terus berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengatur transportasi dari bandara ke pelabuhan laut yang jaraknya cukup jauh. Sudah tentu, kata dia, soal transportasi itu akan diatur oleh satgas yang bertugas di sana.
Wiranto tak menampik terjadinya penumpukan masyarakat yang mengantre di bandara. Ia menyebutkan, itu disebabkan adanya sekitar 3.000 orang, terutama para pendatang, yang ingin segera keluar dari Kota Palu.