Senin 01 Oct 2018 16:27 WIB

BNPB: Kabupaten Sigi Masih Terisolasi

Setidaknya 844 tewas akibat gempa dan tsunami yang menghantam Sulteng.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Anggota Basarnas mengevakuasi jenazah korban gempa di Petabo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Antara/Akbar Tado
Anggota Basarnas mengevakuasi jenazah korban gempa di Petabo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui hingga kini Kabupaten Sigi masih terisolasi pascagempa dan tsunami yang terjadi Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa hari lalu.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ada empat wilayah yang paling terdampak gempa yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong hingga Mamuju. Sementara Kabupaten Sigi masih terisolir.

"Di Kabupaten Sigi ada tujuh kecamatan terisolasi dan jembatan juga tidak bisa digunakan. Aksesnya sulit karena jalan terkena longsor dan rusak," ujarnya saat konferensi pers update gempa Sulteng, di Graha BNPB, di Jakarta Timur, Senin (1/10).

Baca juga, Sembilan Anggota Polri Tewas Akibat Gempa dan Tsunami Palu.

Hingga kini, dia menambahkan, fokus penanganan masih di Palu. Kendati demikian, BNPB berjanji akan terus melakukan evakuasi dan penyelamatan korban.

Hingga Senin (1/10) pukul 13.00 WIB, tercatat 844 jiwa meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulteng. "Rinciannya di Kota Palu 821 jiwa meninggal dunia, 744 orang diantaranya sudah teridentifikasi. Korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa dan tsunami," katanya.

Ia mengakui, jenazah terus berdatangan diantaranya dari Kabupaten Donggala 11 orang, hingga Kabupaten Parigi Moutong 12 orang. Selain itu, dia menambahkan, tim SAR menemukan 13 jenazah dan dua orang ditemukan selamat.

Ia menambahkan, data ini merupakan data sementara yang pasti akan terus bergerak. "Kami terus identifikasi jenazah korban. Identifikasi dilakukan DVI," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement