REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui direktorat Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) masih melakukan proses evakuasi korban gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Chief of DMII Wahyu Novyan mengatakan, saat ini proses evakuasi masih mengandalkan tenaga fisik manusia.
"Sekali lagi baik TNI, Polri, Basarnas di lokasi itu sangat mengandalkan tenaga fisik manusia karena alat-alat berat yang mestinya sangat dibutuhkan itu sulit di bawa ke sana," ujar Wahyu di Kantor ACT, Jakarta Selatan, Senin (1/10).
Menurut dia, alat berat seperti ekskavator belum bisa mencapai daerah terdampak gempa. Ia menyebut, akses jalur darat rusak parah dan terputus. Selain itu, ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) sangat minim bahkan telah habis.
Ia juga mengatakan, proses evakuasi juga terkendala karena listrik yang masih terbatas. Dengan demikian, lanjut dia, proses evakuasi saat ini membutuhkan waktu lebih panjang. Wahyu juga masih kesulitan menghubungi relawan yang berada di Palu dan Donggala karena jaringan telekomunikasi yang minim.
"Kontak di lokasi juga tidak mudah karena mungkin sebagian baterai sudah habis tidak bisa di-charge. Mungkin power bank juga sudah habis jadi kami sulit mendapatkan informasi-informasi terbaru. Meskipun beberapa masih ada yang bisa kami tangkap," jelas dia.
Ia berharap pemerintah bisa menangani ketersediaan BBM, listrik, jaringan komunikasi, serta memperbaiki jalur darat menuju daerah terdampak gempa dengan cepat. Sehingga, proses evakuasi korban yang masih tertimpa reruntuhan bangunan baik korban hidup maupun meninggal dunia dapat ditangani dengan baik.
"Kami berharap seperti yang disampaikan pemerintah, dua sampai tiga hari ke depan listrik akan pulih dan BBM dipastikan stoknya tersedia dan membantu proses evakuasi," kata Wahyu.