REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tujuh atlet paralayang yang belum ditemukan pascagempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, diduga masih tertimbun di dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa. Kuat dugaan tujuh atlet paralayang yang ikut menjadi korban gempa itu dan masih berada di dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa yang ambruk akibat gempa berkekuatan 7,4 SR.
"Kami sudah mencoba menghubungi nomor kontak mereka, dan menelusuri ke operator seluler, posisi terakhir mereka ada di sana, di Hotel Roa," kata Ketua Paralayang Indonesia, Wahyu Yudha, saat dihubungi di Bogor, Ahad (30/9) malam.
Informasi ini diperkuat dari keterangan Viki atlet Paralayang dari Jawa Timur yang berhasil selamat ke luar dari Hotel Roa-Roa pada saat gempa terjadi, Jumat (28/9) lalu. Viki ditemukan warga terjepit di antara reruntuhan Hotel Roa-Roa, posisinya berada dekat pintu.
"Menurut keterangan Viki, teman-teman atlet lainnya ada di belakangnya saat terjadi gempa , tapi mereka sudah tidak sempat menyelamatkan diri ke luar dari hotel," kata Yudha.
Tujuh atlet ini terdiri atas enam atlet Indonesia dan satu atlet Korea. Selain itu ada tiga pendamping kegiatan yang juga belum ditemukan.
Ketujuh atlet ini mengikuti kejuaraan Polo Nomoni 2018 yang berlangsung dari tanggal 25 sampai 30 September ini. Total ada 30 orang peserta, terdiri atas 27 atlet Indonesia, dan tiga dari luar negeri yakni Singapura, Belgia, dan Korea.
Kejuaraan Polo Nomoni merupakan kejuaran yang pertama kali digelar dalam rangka Festival Palu Nomoni 2018 bersama kejuaran sport fighting dan downhill. Perlombaan ini diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Paralayang Sulawesi Tengah, diketahui oleh FASI, serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Pada saat gempa terjadi tanggal 28 September, para atlet telah menyelesaikan babak ketiga, dan masih akan berlanjut sampai hari terakhir yakni 30 September. Selama perlombaan atlet menginap di Hotel Roa-Roa, sekelas bintang lima. Sebelum kejadian hotel tersebut terlihat berdiri kokoh, lalu gempa merobohkan hotel berlantai delapan seketika.
Akibat gempa ini, perlombaan dibatalkan, upaya pencarian terhadap para atlet dan tiga pendukung lainnya masih dilakukan oleh Pengcab Sulawesi Tengah, dibantu Basarnas.
Menurut Yudha, upaya pencarian cenderung dilakukan seadanya, karena keterbatasan personel dan peralatan berat di Palu. "Diperlukan alat berat, eskavator untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di reruntuhan hotel," katanya.
Yudha menyebutkan, berdasarkan informasi di lapangan, masih terdengar teriakan minta tolong di reruntuhan Hotel Roa-Roa sehingga diperlukan upaya penyelamatan segera. Sebagai Ketua Paralayang Indonesia, Yudha menyampaikan keprihatinan dan turut berduka atas kejadian gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala. "Kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam kepada teman-teman paralayang yang hilang kontak hingga Ahad sore ini masih ada tertimbun di Hotel Roa-Roa," kata dia.
Yudha telah menghubungi pihak keluarga para atlet, dan sebanyak 20 atlet yang berhasil selamat dari gempa telah diterbangkan ke luar dari Palu menuju rumahnya masing-masing.
Yudha menyebutkan, Paralayang Indonesia telah membentuk satgas pencarian dan evakuasi atlet yang tertimbun di reruntuhan Hotel Roa-Roa bersama Basarnas. "Besok Senin teman-teman komunitas paralayang akan berangkat ke Palu, untuk membantu proses evakuasi, dan pengenalan para korban," katanya.
Kehadiran satgas paralayang ini diperlukan untuk memudahkan tim Basarnas menemukan orang-orang yang tertimbun di reruntuhan hotel. "Kami bantu identifikasi, proses evakuasi," kata Yudha.
Tujuh atlet yang belum ditemukan tersebut yakni Reza Kambey, Ardi Kurniawan, Fahmi Malang, Glen Mononutu, Franky Kowas, Petra, dan seorang atlet kebangsaan Korea bernama Dong Jin. Tiga orang pendukung atlet lainnya yakni ibu Rachmat Sauma, Triad, dan Lauren Kowas.