Ahad 30 Sep 2018 19:24 WIB

Basarnas: Evakuasi Korban Gempa Sulteng Dilakukan Non-Stop

Keterbatasan alat berat masih menjadi kendala Basarnas di lapangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Andi Nur Aminah
Warga berusaha mengidentifikasi anggota keluarganya di antara jenazah korban gempa dan tsunami di Pantai Talise Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Warga berusaha mengidentifikasi anggota keluarganya di antara jenazah korban gempa dan tsunami di Pantai Talise Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan, evakuasi korban gempa bumi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah dilakukan non-stop. Sementara ini, Basarnas mengandalkan laporan masyarakat untuk melakukan evakuasi korban selamat dan meninggal dunia. “Kami bekerja tidak kenal waktu, khususnya bagi para korban gempa yang masih hidup. Ketika ada laporan kami bergerak,” kata Kepala Bagian Humas Basarnas Sinaga saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Ahad (30/9) petang.

Kendala utama yang dihadapi tim yakni terkait data korban yang masih simpang siur. Disamping itu, ia mengungkapkan secara umum pasokan listrik baik di wilayah Donggala maupun Palu masih lumpuh. Namun, meski kondisi gelap gulita di malam hari, evakuasi Basarnas terus diupayakan agar korban yang masih hidup dapat terselamatkan.

Baca Juga

Sinaga mengakui, medan evakuasi sangat sulit karena kondisi jalan dan reruntuhan amat parah. Dalam beberapa video yang tersebar di media jejaring sosial, terdapat jalan yang rusak bahkan tergulung. Rumah-rumah roboh menyatu aspal jalan yang sudah tidak terbentuk. Sinaga membenarkan rekaman tersebut. Ia mengatakan, kondisi itu terdapat di wilayah Palu Barat dan Petobo, Palu Selatan.

Sementara itu, keterbatasan alat berat juga masih menjadi kendala Basarnas di lapangan. Hingga Ahad (30/9) baru ada satu escavator yang bisa masuk ke wilayah terdampak gempa. Rencanya, Senin (1/10) escavator difungsikan optimal untuk mengangkat reruntuhan bangunan pemukiman masyarakat.

Meski demikian, tim telah dilengkapi dengan alat bantu serta didukung oleh tim Urban SAR. Strategi Basarnas sementara ini menyaring informasi dari masyarakat setempat yang akurat. Hal itu agar evakuasi dilakukan tepat di lokasi dimana terdapat korban selamat dan meninggal.

Korban selamat di dalam reruntuhan akan diprioritaskan. Sementara evakuasi korban meninggal dilakukan setelah korban selamat berhasil dievakuasi. Skala prioritas dibuat untuk menjaga tenaga personel tim agar evakuasi dilakukan berjalan maksimal.

“Kami perlu laporan yang akurat. Sebab, ketika kami mencari korban dibalik reruntuhan tenaga yang dikeluarkan tidak sia-sia. Tadi pagi jam empat subuh kami juga bergerak ketika ada yang meminta tolong. Walaupun malam, kita evakuasi kalau ada korban selamat yang butuh pertolongan,” jelasnya.

Sinaga juga berharap agar bantuan logistik terutama makanan dan minuman segera didistribusikan. Berdasarkan fakta di lapangan, belum ada bantuan yang masuk sehingga masyarakat terpaksa mengambil makanan dari toko-toko yang terdampak gempa. “Intinya sekarang sangat butuh makanan dan minuman. Kami ditanya logistik oleh warga ketika turun ke lapangan, padahal tugas kami adalah evakuasi,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement