REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penduduk di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah mengalami kelangkaan air bersih. Sehingga, sebagian penduduk di sana membeli air ke perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat.
Menurut tokoh masyarakat Labuan Bajo Benyamin Muin, kemarau panjang yang melanda NTT saat ini adalah puncak dari musim kekeringan. Kekeringan dari tahun ke tahun di mana masyarakat kena dampak kekurangan air.
“Akibat kemarau panjang warga kekurangan air. Sehingga warga harus membeli air bersih yang disediakan oleh PDAM,” ungkap Benyamin melalui siaran persnya kepada Republika.co.id, Ahad (30/9).
Menurutnya, pengambilan air dari reservoar PDAM dengan harga bervariasi sesuai dengan volume kebutuhan setiap rumah tangga. Diperkirakan, setiap keluarga setidaknya mengeluarkan dana 1-2 juta rupiah untuk kebutuhan air.
Banyaknya kebutuhan warga untuk air bersih membuat warga kewalahan mendapatkannya. Ada yang minta ke tetangga dan lebih banyak membeli sampai mengantre.
“Tidak ada solusi dengan alasan terjadi kekeringan di sejumlah sumber mata air,” katanya.
Benyamin mengatakan, setiap hari lebih kurang enam mobil pick up milik PDAM dengan kapasitas 1100 – 1500 liter yang beroperasi untuk dijual ke warga. Sehingga kebutuhan dasar air warga untuk mandi, cuci, kakus, siram tanaman dan membersihkan kandang ternak yang menjadi kebiasaan warga akhirnya berkurang.
“Sudah selayaknya pemerintah mencari kebijakan dari permasalahan ini. Bagaimanapun bumi dan air adalah dipergunakan untuk kemakmuran rakyat jika mengacu kepada Undang Undang Dasar 1945," kata Benyamin.