REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata melalui Tim Crisis Center (TCC) melakukan monitoring dan pendataan terkait dampak gempa terhadap ekosistem pariwisata di Sulawesi Tengah yang terjadi Jumat (28/9) kemarin. Dari hasil pemantauan awal, diketahui tiga hal utama terkait pariwisata, yakni atraksi, aksesibilitas dan amenitas terkena dampak. Diantaranya terdapat lebih dari 250 kamar hotel terdampak.
Ketua Tim Crisis Center Kemenpar, Guntur Sakti, mengatakan, salah satu atraksi yang terdampak adalah Pantai Talise yang terkena terjangan gelombang tsunami.
"Daya tarik pantai Talise terdampak karena diterjang tsunami, namun untuk atraksi yang berbasis budaya belum terdata dan sedang dalam upaya koordinasi," ujar Guntur Sakti, Sabtu (29/9).
Saat gempa terjadi, Kementerian Pariwisata dikatakan Guntur tengah mendukung pelaksanaan Festival Palu Nomoni yang menjadi salah satu calender of event (COE) nasional. Namun saat itu juga diputuskan pelaksanaan Festival Palu Nomoni dibatalkan, begitu juga dengan rangkaian peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) yang berlangsung di Kota Palu sejak 29 Oktober hingga 3 Oktober mendatang.
"Info panitia HHD dibatalkan, dan atraksi buatan lainnya dalam upaya koordinasi," ujar Guntur Sakti.
Sementara terkait aksesibilitas, untuk transportasi udara Bandara Mutiara SIS Al Jufrie Kota Palu ditutup sampai dengan tanggal 29 Oktober 2018 pukul 19.20 WITA berdasarkan pengumuman resmi AirNav Indonesia NOTAM No. H0737/18 tanggal 28 September 2018 yang menjelaskan terjadi kerusakan pada Tower ATC.