Jumat 28 Sep 2018 13:38 WIB

Risma Berbagi Tips Mitigasi Perubahan Iklim di Forum Dunia

Forum dunia dihadiri presiden atau perdana menteri.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Tri Rismaharini
Foto: Republika/Agung Supriyanto;
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara di forum One Planet Summit yang digelar di New York, Kamis (27/9). Risma merupakan satu-satunya kepala daerah yang menjadi pembicara, karena forum itu dihadiri level presiden atau perdana menteri.

Di forum yang mengangkat topik perubahan iklim itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut mengajak berbagai perwakilan negara di dunia untuk bekerja sama dan berkolaborasi mengamankan dunia dari perubahan iklim. Termasuk untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris yang merupakan upaya global dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim di dunia.

Risma menganggap, kongres tersebut terbuka untuk menciptakan ruang berkolaborasi. Maka dari itu dia berharap dapat bekerja sama untuk mengatasi tantangan perubahan iklim secara bersama-sama. 

Menurut Risma, kolaborasi itu sudah diterapkan di Kota Surabaya untuk menjamin keamanan perubahan iklim di tingkat lokal. Hasilnya, saat ini Kota Surabaya sudah berhasil menurunkan suhunya 2 derajat Celcius. Hal itu bisa dicapai setelah Pemkot Surabaya menciptakan 45 hektar hutan kota, 35 hektar median hijau, dan 420 taman kota yang totalnya sekitar 133 hektar ruang hijau. 

“Karena kami sadar bahwa keuangan kami terbatas, maka kami lebih memanfaatkan kekuatan alam dan masyarakat Surabaya. Inilah kekuatan kami,” ujar Risma.

Perempuan kelahiran Kediri itu juga menungkapkan konsep yang sangat populer di Kota Surabaya, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Konsep ini membantu mengubah pola pikir warga dan membuat semua orang ingin menjadi bagian dalam membuat Kota Surabaya lebih hijau, lebih bersih, dan lebih sehat.

Salah satu contohnya adalah banyak warga di kampung-kampung Surabaya mendirikan Bank Sampah di lingkungannya masing-masing. Untuk mengapresiasi itu, Pemkot Surabaya menggelar festival 'bebas dari sampah'. Dalam acara itu, semua peserta mengenakan pakaian dari bahan daur ulang sampah.

“Kami juga memiliki Suroboyo Bus yang merupakan bus pertama yang membayar dengan botol plastik," kata dia.

Jadi, ini tidak hanya mendorong orang untuk berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan umum, tapi juga untuk membantu upaya pengelolaan sampah dan daur ulang kami di Surabaya. Alhasil Surabaya dapat mengurangi 10 persen dari limbah yang dibuang ke TPA setiap tahun. 

Risma kemudian menjelaskan, Surabaya terus mengembangkan pemanfaatan solar cell, mengimplementasikan proyek limbah ke energi tenaga listrik di TPA, mengkonversi bahan bakar fosil menjadi gas, dan menerapkan kebijakan di Green Building. Proyek revitalisasi sungai juga dilakukan dengan mengubah daerah kumuh di sepanjang tepi sungai menjadi ruang hijau dan taman tematik untuk mempertahankan fungsi sungai. 

Berbagai upaya tersebut, kata dia, saat ini warga Surabaya bisa menikmati pengurangan konsumsi energi, indeks kualitas udara menjadi lebih baik, penurunan tingkat penyakit dan kemiskinan, serta pengurangan banjir yang signifikan.

“Itulah keberhasilan implementasi kebijakan iklim di tingkat lokal, yaitu Kota Surabaya,” kata Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement