REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- ASEAN Valuers Association (AVA) menggelar kongres ke-21 di DI Yogyakarta Kongres yang dihadiri perwakilan negara-negara ASEAN ditambah Jepang, Cina, dan Korea itu menghadirkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, sebagai pembicara kunci.
Kongres mengangkat tema Valuation to the Next Level 'Valuer's Roles and Challenges Beyond Valuation Services in Regional Economic Development.' Kongres berlangsung dua hari mulai 25-26 September 2018.
Hadir Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, Langgeng Subur. Turut hadir Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (Mappi), Okky Danuza, dan ketua Mappi negara-negara ASEAN.
Dalam paparannya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, banyak memaparkan kondisi ekonomi yang dihadapi dunia saat ini. Terutama, setelah trade war yang didengungkan AS dan turut menghentak perekonomian ASEAN.
Tapi, ia memberikan apresiasi terhadap kekuatan kerja sama yang selama ini selalu terjaga di negara-negara ASEAN. Sri merasa, itu bisa menjadi modal penting untuk menghadapi tantangan perekonomian dunia.
Untuk itu, Sri berharap, kolaborasi yang selama ini ada terus ditingkatkan karena sinergi itu akan menghadirkan pilihan solusi. Ia mengajak agar kemajuan teknologi yang ada dapat dilihat sebagai kesempatan.
"Saya berharap kolaborasi yang ada dilanjutkan, menjadi satu institusi dan kerja sama yang memberikan harapan kepada dunia untuk tetap optimis kalau kerja sama lebih baik daripada tindakan sepihak," kata Sri, di Tentrem Hotel, Selasa (25/9).
Senada, President AVA, Langgeng Subur merasa, forum ini menjadi wadah yang tepat untuk bertukar pikiran dan pengalaman. Serta, berbagi kemampuan dalam menghadapi tantangan perekonomian dunia.
Ia menekankan, pemahaman yang baik atas kondisi global saat ini sudah tentu akan menghadirkan kemampuan yang tepat. Karenanya, pemangku kebijakan sangat perlu bertukar pikiran agar mendapat beragam sudut pandang.
Untuk itu, kongres ini akan pula memaparkan kebijakan ekonomi masing-masing negara dalam menghadapi krisis yang dialami dunia saat ini. Pertukaran itu diyakini akan memberikan manfaat luar biasa.
Tentu, akan pula dibahas standar-standar teknis dan perkembangan dunia penilai di dunia maupun di ASEAN. AVA, yang di Indonesia saja diklaim telah memiliki 8.000an anggota, akan mendorong UU untuk penilai.
Sebab, Indonesia sendiri memang belum memiliki peraturan berupa undang-undang yang mencakup profesi penilai. Langgeng berharap, kongres ini mampu memberi kontribusi positif tidak cuma bagi partisipan.
"Melainkan untuk menjadi masukan bagi negara-negara ASEAN mengambil kebijakan," ujar Langgeng.