Jumat 21 Sep 2018 14:16 WIB

Ratusan Embung di Bojonegoro Mengering

Kekeringan melanda 43 desa yang tersebar di 13 kecamatan.

Embung yang mengering.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Embung yang mengering.

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Ratusan embung di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengering akibat pengaruh musim kemarau. Namun, sebagian embung masih bisa dimanfaatkan warga untuk mencukupi kebutuhan air baku.

Kepala Bidang Air Baku dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro Sahid, Jumat (21/9), membenarkan banyak embung di daerahnya mengering pada musim kemarau tahun ini. Embung adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai atau danau)

Ia memperkirakan dari 501 embung yang tersebar di berbagai desa antara lain, di Kalitidu, Baureno, Ngasem, juga kecamatan lainnya.termasuk embung Geomembran yang sekarang ini sudah mengering jumlahnya sekitar 70 persen. "Selama kemarau keberadaan embung sebelum mengering bermanfaat bagi warga. Selain untuk memandikan ternaknya, juga untuk kebutuhan resapan sumur warga," ucapnya.

Bahkan, kata dia, embung di Desa Megale, Kecamatan Kedungadem, hingga sekarang airnya masih ada dimanfaatkan sekitar 200 kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan air baku. Embung yang masih ada airnya, antara lain di Desa Sekaran, Kecamatan Balen, dan Gondang.

"Embung di Bojonegoro sebagian besar menempati tanah kas desa (TKD) juga tanah negara "solo vallei werken" (SVW)," ucapnya.

Data pada Dinas PU SDA setempat menyebutkan kapasitas embung di daerah setempat berkisar 5.000-10 ribu meter kubik/embung. Seorang warga Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro Pairin, menambahkan embung di desanya baru saja mengering sepekan lalu.

Sebelum itu, banyak warga yang memanfaatkan air embung terutama untuk memandikan ternak-ternaknya, seperti sapi dan kambing. "Saya biasa memandikan ternak sapi di embung. Kebutuhan air bersih warga tidak memanfaatkan air embung," ucapnya.

Menurut Kamidjo, di desanya dengan jumlah sekitar 2.300 jiwa, masih ada 118 kepala keluarga (KK) yang kesulitan air bersih pada musim kemarau. "Saat ini warga yang kesulitan air bersih memperoleh pasokan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," katanya.

Data di BPBD setempat menyebutkan kekeringan melanda 43 desa yang tersebar di 13 kecamatan mengakibatkan 13.382 kepala keluarga (KK) kesulitan air bersih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement