Kamis 20 Sep 2018 22:56 WIB

Mencicipi Aneka Penganan Khas Mentawai Berbahan Sagu

Salah satu olahan sagu khas Mentawai adalah sagu kapurut.

Rumah di Mentawai, Sumatra Barat
Foto: Sapto Andika / Republika
Rumah di Mentawai, Sumatra Barat

REPUBLIKA.CO.ID, TUAPEJAT, SUMBAR -- Mentawai yang berada di Sumatera Barat bukan hanya tempat sebuah komunitas masyarakat adat. Wilayah ini juga memiliki banyak kearifan lokal antara lain keberadaan tato maupun sikerei atau dukun tradisional, serta aneka kuliner sagu.

Salah satu kearifan lokal daerah tersebut terdapat di bidang kuliner karena sejak zaman dahulu sudah bertahan hidup dengan menjadikan sagu sebagai makanan pokok.

Sagu tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, untuk menikmatinya, penganan itu dapat dicampur dengan beraneka makanan tambahan, seperti  ikan maupun kerang air tawar atau yang biasa disebut dengan lokan.

Salah satu olahan sagu tersebut adalah sagu kapurut, penganan ini dimasak dengan cara dipanggang setelah dibungkus di dalam daun sagu, sagu tersebut dapat dicampur dengan sedikit garam dan parutan kelapa.

"Sagu kapurut dapat dipanggang selama lebih kurang 30 menit," kata salah seorang masyarakat Mentawai, Marta Salakopak saat menyajikan penganan sagu dalam rangkaian kegiatan Festival Masyarakat Adat di Tuapejat, Kamis (20/9).

Menurutnya, selain itu sagu juga dapat diolah menjadi penganan sagu kaobbuk, yaitu sagu yang dimasak di dalam bambu dengan cara dipanggang selama 10 hingga 15 menit.

Sebagai makanan pokok, sagu masih dapat diolah menjadi berbagai penganan lain, di antaranya jadi aneka kue, serta lempang sagu yang dimasak di dalam periuk dengan campuran parutan kelapa dan gula secukupnya. "Bagi kami masyarakat Mentawai, sagu harus ada untuk makanan sehari-hari, berbeda dengan nasi, kalau tidak ada ya tidak masalah," ujarnya.

Kehidupan masyarakat Mentawai sangat bergantung dengan keberadaan hutan, salah satunya adalah ketergantungan terhadap aneka tumbuhan untuk sumber makanan, salah satunya adalah pohon sagu.

Salah seorang sikerei, Aikub Sakaliau mengatakan hutan menjadi sumber kehidupan di dalam kehidupan, salah satunya karena sumber makanan mereka tersimpan di dalamnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement