REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) komitmen mewujudkan program ketahanan pangan dengan meningkatkan sulplai irigasi secara kontinyu. Pada 2015-2019, Kementerian PUPR telah membangun 65 bendungan yang terdiri dari 16 bendungan lanjutan dan 45 bendungan baru yang akan menambah volume tampungan 5,84 milyar m3 dan akan mampu mengairi 482.751 Ha.
Pembangunan bendungan juga didukung program pembangunan 1 juta hektar jaringan irigasi baru dan rehabilitasi tiga juta hektar jaringan irigasi yang ada. “Saat ini dari sekitar 7,2 juta hektar lahan irigasi, hanya 11% yang mendapatkan jaminan air dari bendungan. Nantinya setelah 65 bendungan rampung akan bertambah menjadi 19-20%,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Permen PUPR Nomor 14 tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi menyebutkan, kewenangan pemerintah pusat pada daerah irigasi (DI) yang luasnya lebih dari 3.000 Ha, DI lintas daerah provinsi, DI lintas negara, dan DI strategis nasional. Kewenangan pemerintah provinsi pada DI seluas 1.000-3.000 Ha dan DI lintas daerah kabupaten/kota. Sementara pemerintah kabupaten/kota pada DI dengan luasan kurang dari 1.000 Ha.
Dari luas irigasi di Indonesia 7,2 juta hektar, Pemerintah Pusat hanya memiliki kewenangan sekitar 28%, selebihnya merupakan kewenangan pemerintah daerah.
Selain pembangunan, kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi juga penting. Untuk itu, setiap tahun diselenggarakan Konsultasi Regional Operasi dan Pemeliharaan Irigasi. Tahun ini, untuk Wilayah Barat diselenggarakan di Kota Padang, Sumatra Barat, Selasa (18/9) yang dibuka Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno.
Direktur Bina O&P, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Agung Djuhartono mewakili Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi pada forum tersebut mengatakan, tanpa adanya kegiatan OP yang terencana dan memadai, akan berdampak langsung pada kerusakan saluran irigasi sebelum tercapainya umur rencana, sehingga pelayanan menurun. Beban biaya perbaikannya akan semakin berat dari waktu ke waktu sementara ketersediaan anggaran baik di Pusat dan Daerah juga terbatas.
Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas pada 14 Maret 2017, memberikan arahan pengelolaan sumber daya air khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan sistem irigasi menggunakan prinsip satu manajemen (single manajemen) yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR.
Untuk melaksanakannya, Kementerian PUPR bersama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas, dan Kementerian Keuangan dan Kementerian/Lembaga Pusat terkait bersinergi agar pembangunan dan pemeliharaan sistem irigasi dapat terintegrasi antara bangunan penyedia air (bendungan, bendung, dan embung) dengan jaringan irigasi.
Sinergi juga mengikutsertakan pemerintah daerah secara langsung agar memiliki kesamaan pemahaman mengenai pengelolaan sumber daya air berbasis single management dengan memanfaatkan teknologi informasi geospasial. Kerja sama Pemerintah Pusat, Daerah dan para petani salah satunya melalui peningkatan jaringan irigasi kecil. Kementerian PUPR pada 2018 mengalokasikan anggaran untuk peningkatan jaringan irigasi kecil di 5.000 lokasi melalui kegiatan padat karya tunai. Tahun depan, akan ditambah menjadi 9 ribu lokasi.
Melalui kegiatan tersebut, petani dilibatkan sebagai aktor utama pembangunan dan perbaikan saluran irigasi sehingga meningkatkan kepedulian dalam pemeliharaannya. Tujuan peningkatan jaringan irigasi kecil adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan mengurangi kehilangan air di sepanjang saluran irigasi.