Rabu 19 Sep 2018 16:21 WIB

Cina, Sang Gurita Agresif

Cina juga agresif menebarkan jaring pengaruhnya di luar sektor dagang.

Bendera Cina. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Bendera Cina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria

Cina hari ini berbeda dengan Cina 10 tahun lalu kala mereka baru menjadi raksasa ekonomi dunia. Pergerakan mereka di percaturan politik global tidak pernah agresif.

Pendiri dan CEO Institut Inovasi dan Pembangunan Strategis Cina (CIIDS) Zheng Bijian saat masih menjadi wakil Kepala Sekolah Komite Sentral Partai Komunis Cina (PKC) menciptakan istilah "kebangkitan damai" pada 2002. Konsep ini menjadi kebijakan Cina di bawah kepimpinan Presiden Hu Jintao yang menjabat dari tahun 2002 sampai 2012.

Menurut Zheng, pada masa lalu, munculnya negara-negara "New Power" atau negara maju baru selalu menyebabkan perubahan struktur global secara drastis, bahkan perang. Ia percaya hal ini karena kekuatan baru tersebut memilih untuk melakukan agresi dan ekspansi ke negara lain. Akhirnya, hal itu akan menyebabkan kegagalan di segala aspek.

Saat itu, Zheng menyerukan kepada Partai Komunis Cina untuk membangun Cina dengan damai dan membantu menjaga perdamaian dunia. Konsep Kebangkitan Damai ini diganti oleh Presiden Hu Jintao dengan Pembangunan Damai.

Dalam pandangan pakar politik internasional Fareed Zakaria, the Post-American World, istilah "kebangkitan" diganti menjadi "pembangunan" karena dikhawatirkan Amerika Serikat menganggap "kebangkitan" Cina sebagai ancaman.

Sejak saat itu, Pemerintah Cina menggunakan istilah Pembangunan Damai. "Konsepnya sama saja, cuma berbeda istilah," kata Zheng saat menjelas tentang perubahan kata ini kepada Zakaria.

Namun, perubahan kata tersebut benar-benar mencerminkan niatan Cina untuk maju tanpa mengancam siapa pun. Perubahan kata ini terbukti ampuh. Di jurnal Foreign Affairs pada tahun 2005, Zheng Bijian mengatakan, Cina menarik miliaran dolar AS dari investasi luar negeri pada saat itu. Perekonomian domestik Cina pun tumbuh triliunan dolar AS.

Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao membawa perspektif baru dalam pergerakan Cina di pentas internasional. Mereka generasi pertama Cina yang tidak pernah mengalami langsung Revolusi Budaya yang diterapkan Mao Zedong. Mereka cenderung lebih pragmatis dibandingkan pendahulu-pendahulu mereka yang menggunakan perspektif realisme dalam percaturan politik global.

Mereka memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain, meningkatkan kepercayaan pada investor, dan menumbuhkan semangat perdamaian. Tentu ada pengecualian di beberapa hal, seperti hubungan mereka dengan Taiwan, Tibet, dan minoritas Uighur. Namun, di luar itu, Cina sangat berhati-hati untuk berkonfrontasi dengan negara lain.

Perubahan kebijakan Cina ini mendapatkan sambutan yang cukup baik. Kerja sama Sino-Amerika pun mulai berjalan lancar. Pada awal November 2014, presiden Amerika kala itu, Barack Obama, bertemu dengan Xi Jinping, presiden ketujuh Cina yang dilantik pada 2013.

"Hubungan Cina-Amerika menjadi sangat penting di dunia saat ini, hal itu pasti dan akan sangat mendorong bentuk abad ke-21," kata menteri luar negeri AS saat itu, John Kerry.

Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice juga mengungkapkan pentingnya hubungan Cina-Amerika. "Seluruh tantangan global pada abad ke-21 tidak bisa diselesaikan dengan efektif tanpa kerja sama Amerika Serikat dan Cina," kata Rice.

Ucapan pejabat-pejabat tinggi Amerika saat itu bukan hanya basa-basi diplomatik, tetapi menunjukkan adanya kekuatan baru yang membuat Amerika harus berbagi kekuasan dan kekuatan baru itu adalah Cina. Negeri Tirai Bambu untuk pertama kalinya membuat Amerika harus berbagi kekuasaan di pentas internasional setelah Uni Soviet runtuh pada awal tahun 1990-an.

Berbeda dengan pendekatan Uni Soviet yang mengakibatkan Perang Dingin selama bertahun-tahun, Cina berusaha keras menjadikan Amerika sebagai sekutu dekat mereka.

Di dua tahun berikutnya, hubungan Cina-Amerika memang cukup mesra hingga akhirnya pada tahun 2016 Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Trump mulai melirik dominasi perdagangan Cina. Pada 22 Januari 2018, pemerintah Donald Trump mulai menerapkan tarif pengamanan atau safeguard pada impor mesin cuci dan sel surya.

Meski dua komoditas tersebut sebagian bukan berasal dari Cina, safeguard ini memperlihatkan kekhawatiran dominasi perdagangan Cina dalam rantai pasokan global. Dominasi Cina di Amerika memang sangat besar. Sejak 2009, barang impor dari Cina di Amerika terus meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement