Selasa 18 Sep 2018 15:01 WIB

Buah Simalakama Impor Migas

Solusi jangka pendeknya adalah dengan memotong subsidi dan menaikkan harga BBM

Proses bongkar muat peti kemas  berlangsung di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (13/9). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan nasional periode Januari-Juli 2018 terjadi defisit  3,09 miliar dolar AS atau sekitar Rp46 triliun.
Foto:
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau premium pada mobil mewah di sebuah SPBU (ilustrasi).

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai persoalan yang menimpa neraca perdagangan Indonesia saat ini banyak disebabkan oleh kinerja neraca migas. Solusi jangka pendeknya, kata Fithra, adalah dengan memotong subsidi dan menaikkan harga BBM.

"Karena adanya peningkatan demand ini tidak merefleksikan kondisi harga, terutama harga minyak dunia yang sudah naik," kata Fithra.

Menurut Fithra, hal itu perlu dilakukan meski hanya bersifat sebagai penangkal sementara. Untuk mengatasi kinerja perda gangan secara keseluruhan, katanya, pemerintah tetap perlu memperbaiki kinerja industri pengolahan.

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) telah menyalurkan bahan bakar campuran biodiesel 20 persen (B-20) pada 69 terminal BBM sejak 1 September hingga 14 September 2018. Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo mengatakan, pada awal penerap an wajib penggunaan biodiesel 1 september 2018, pihaknya baru menyalurkan bahan bakar tersebut ke 60 terminal BBM.

"Alhamdulillah, hingga 14 September kemarin sudah ada tambahan sembilan terminal BBM lagi sehingga menjadi 69 terminal BBM yang menyalurkan B-20," katanya.

Tambahan sembilan terminal itu adalah di Cepu, Cilacap, Palopo, Bima, Reo, Kolaka, Tual, Badas, dan Ketapang. Sejak program mandatori B-20 di canangkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 31 Agustus 2018, Perta mina telah melakukan berbagai lang kah untuk mendorong pencampuran FAME (fatty acid methyl eter) untuk bahan bakar PSO (subsidi) dan non-PSO.

Selain itu, Pertamina juga terus mengintensifkan pengawasan implementasi mandatori B-20. Menurut Gandhi, hingga 14 September 2018, Pertamina telah menggunakan FAME seba gai bahan campuran solar pada kisaran 159.988 kiloliter atau sekitar 39 persen dari alokasi bulanan. Jumlah tersebut terdiri atas FAME untuk PSO sebesar 116.422 kiloliter dan FAME un tuk NPSO 43.566 kiloliter. ¦ antara ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement