REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mulai diselimuti kabut asap tipis diduga akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta kiriman dari daerah lain.
"Kabut asap masih belum menganggu aktivitas, namun sudah tercium bau menyengat dan matahari terlihat warna kekuning-kuningan akibat tertutup kabut asap tipis," kata seorang warga Muara Teweh, Alwandi, Senin (17/9).
Kabut asap ini menutupi wilayah kabupaten pedalaman Sungai Barito ini sejak pagi hingga siang hari. Saat siang hari mulai berkurang dan sinar matahari bisa terlihat dengan jelas.
Selain itu, belum menganggu aktivitas, baik lalu lintas jalan darat maupun sungai serta udara di Bandara Beringin Muara Teweh. "Meski kabut asap belum parah, guna menghindari penyakit pernafasan, kami meminta pemerintah membagikan masker untuk masyarakat," kata Alwandi.
Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Barito Utara, Rizali Hadi mengakui kabut asap di daerah ini diperkirakan kiriman dari daerah lain. Di wilayah Kabupaten Barito Utara ada sejumlah titik api namun sedikit.
"Untuk partikel udara terhadap kabut asap di daerah masih diambang batas toleransi atau kecil dari 10 mikron," katanya.
Kepala Kelompok Tenaga Teknis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Barito Utara, Sunardi, mengatakan jarak pandang kabut asap yang menyelimuti daerah ini sekitar 2,5 Km dengan kecepatan angin dari arah Barat Daya berkisar lima Km per jam.
"Kabut asap terjadi sejak pagi hingga siang hari masih berasap," katanya.
Dia mengatakan, sesuai laporan titik panas (hot spot) BMKG berdasarkan satelit Terra- Aqaua pada 16 September 2018, pukul 07.00 WIB sampai 17 September 2018 pukul 06.00 WIB hanya empat titik panas. "Kabut asap ini belum menganggu aktivitas masyarakat," kata Sunardi.