REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Ma'ruf Amin menjawab segala kritik yang mempertanyakan kredibilitasnya sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) yang mendampingi pejawat Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, seorang kiai juga bisa menjadi pemimpin negara.
"Ada yang mengatakan, kiai ngaji saja. Saya bilang, memang kiai tidak boleh jadi pemimpin?" kata dia saat peresmian Rumah KMA, Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/9).
Kiai Ma'ruf mempertanyakan alasan dirinya tak boleh menjadi pemimpin negara. Padahal, kata dia, politijus, pengusaha, bahkan pensiunan TNI/Polri, bisa menjadi pemimpin.
"Kalau politisi, pengusaha, TNI/Polri, bolah, masa kiai tidak boleh? Apakah kiai jadi pemadam saja, tukang doa?" kata dia.
Ia mengingatkan, saat KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden, tak banyak orang yang menentang. Justru, kata dia, dengan menjadikan kiai sebagai pemimpin, akan bisa mengimplementasikan pemikirannya dalam bentuk kebijakan.
Menurut dia, kiai bukan sekadar 'pendorong mobil mogok' yang nantinya akan ditinggalkan saat mobil itu bisa berjalan. Karena itu, kiai juga harus bisa membuktikannya dengan menjadi pemimpin.
Ia juga mengritisi kalangan ulama yang tidak setuju jika dirinya menjadi bakal cawapres. Padahal, kata dia, dahulu orang-orang itu yang mendukung hadirnya pemimpin negeri dari kalangan ulama.
"Ada yang bilang juga, kiai ngaji saja, ini dari kalangan kita sendiri. Padahal dulu dia teriak-teriak kiai jangan hanya jadi tukang pemadam, tukang dorong mobil mogok kalau jalan ditinggalkan. Ini terbalik-terbalik lagi," kata dia.
Ma'ruf juga tak ambil pusing dengan pandangan orang-orang yang menganggap dirinya terlalu tua sebagai bakal cawapres. Menurut dia, hal itu justru menunjukkan kemauan Jokowi untuk berdampingan dengan seluruh kalangan.
"Semua orang tahu saya tua, Pak Jokowi juga tahu. Beliau memilih saya karena ingin berdampingan dengan yang tua," ungkap dia.