REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Seekor anak gajah sumatera liar kini menjalani perawatan di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas di Kabupaten Siak, Riau. Sebelumnya anak gajah itu dievakuasi karena kakinya terluka akibat jerat.
Berdasarkan pantuan di PLG Minas, Jumat (14/9), gajah betina tersebut masih cukup sulit untuk didekati oleh dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yang memberi perawatan medis. Kaki kanan bagian depannya terlihat terluka dan masih mengeluarkan darah.
Pawang gajah terpaksa menggunakan gajah jinak untuk menenangkan anak gajah yang diperkirakan berusia empat tahun itu. Tim medis juga memberikan obat antibiotik dan anti-lalat.
"Kami akan melakukan pengobatan lanjutan dan perawatan intensif terhadap anak gajah yang diberi nama Intan di PLG Riau di Minas untuk memulihkan kesehatannya," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono.
BBKSDA Provinsi Riau terpaksa mengevakuasi seekor anak gajah sumatera liar karena kondisinya terus memburuk akibat terluka. Anak gajah itu terkena jerat di dalam area konsesi hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) wilayah mandau Kabupaten Siak.
Suharyono mengatakan, proses evakuasi gajah yang dilakukan tim rescue BBKSDA bersama tim PT RAPP itu berjalan lancar pada Kamis kemarin (13/9). "Saya menyampaikan apresiasi terhadap tim yang telah bekerja keras dengan hasil maksimal, serta mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran evakuasi anak gajah ini," kata Suharyono.
Kasus anak gajah terjerat itu bermula dari laporan masyarakat pada tanggal 23 Agustus 2018, melalui call center Balai Besar KSDA Riau. Warga melaporkan ada seekor anak gajah liar yang terperangkap dalam jeratan babi hutan dalam areal konsesi HTI PT RAPP wilayah Mandau, Kabupaten Siak.
Pada hari itu juga, Kepala Balai Besar KSDA Riau memerintahkan Tim Rescue untuk turun menanganinya. Tim berhasil melepaskan jeratan serta melakukan pengobatan pada kaki kanan anak gajah yang terluka tersebut.
Setelah pengobatan, anak gajah dilepaskan kembali di lokasi semula dengan harapan dapat bergabung dengan kelompoknya. Namun, selama dua minggu pengamatan, anak gajah tersebut hanya berputar putar di lokasi semula. Sedangkan kelompoknya telah berada di lokasi lain yang berjarak sekitar 57 kilometer.
Berdasarkan laporan petugas yang mengamati keberadaan anak gajah, terdapat kecenderungan berat badan satwa makin menurun serta diare yang terlihat dari kotorannya. Sehingga dikhawatirkan anak gajah akan semakin memburuk kondisinya.
Tim evakuasi dan pengobatan yang dikoordinir Kepala Bidang Wilayah II, Heru Sutmantoro dengan didampingi drh Rini Deswita, drh Danang dan dibantu seorang dokter hewan dari Yayasan Asyari, drh Dita serta beberapa perawat satwa, mahout, PEH, Polhut dan personil RAPP. Dengan menggunakan satu gajah binaan bernama Indah segera melakukan penggiringan. Dan tepat pukul 17.00 WIB. Kamis (13/9), anak gajah telah naik di atas truk. Evakuasi berjalan lancar dan tiba di Pusat Latihan Gajah Riau di Minas pada pukul 21.00 WIB.