Jumat 14 Sep 2018 16:29 WIB

Prabowo-Jokowi Berebut Dukungan Keluarga Gus Dur

Yenny Wahid dipinang untuk masuk dalam tim kampanye kubu Jokowi-Prabowo

Bakal calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto (tengah) berbincang bersama    Istri Alm Abdurrahman Wahid  Shinta Nur Wahid (kanan) bersama sang anak Anak Yenny Wahid (kiri)  di kediaman Abdurrahman Wahid, Jakarta, Kamis (13/9).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Bakal calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto (tengah) berbincang bersama Istri Alm Abdurrahman Wahid Shinta Nur Wahid (kanan) bersama sang anak Anak Yenny Wahid (kiri) di kediaman Abdurrahman Wahid, Jakarta, Kamis (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Adji P, Dedy Darmawan Nasution

Keluarga presiden keempat Abdurrahman Wahid masih memiliki magnet kuat pada pilpres 2019. Hal itu terbukti dengan berkunjungannya dua pasangan calon presiden, Joko Widodo-Kiai Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke rumah almarhum Gus Dur di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kedatangan kedua pasangan diyakini selain untuk bersilaturahim juga demi meraih dukungan keluarga Gus Dur yang punya pengaruh kuat di NU.

Bakal calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno berkata kedatangannya ke rumah Gus Dur sekadar silaturahim kepada keluarga tokoh nasional sekaliber Gus Dur. Namun, Sandiaga mengakui menawarkan kepada Yenny bergabung ke tim Prabowo-Sandi. Ia pun menyerahkan kepada pimpinan partai koalisi terkait posisi untuk Yenny di tim pemenangan.

“Kami intinya ingin memberikan ruang, ingin memberikan kesempatan apa pun keputusan Mbak Yenny mau ikut kami, atau mau netral atau mau ikut dari kubu Presiden Jokowi dan Kiai Ma'ruf, dan tentunya itu keputusan beliau. Saya dan Pak Prabowo akan menghormati keputusan tersebut dengan tulus hati,” kata Sandi usai mengunjungi kediaman Gus Dur, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (10/9).

photo
Bakal cawapres Sandiaga Uno bersilaturahim ke kediaman almarhum Presiden Keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (10/9). Kedatangan Sandiaga disambut oleh anak Gus Dur Yenny Wahid dan istri Gus Dur Sinta Nuriyah.

Menurut Sandi, Yenny sebagai bagian dari keluarga Gus Dur, merupakan salah satu pencetak pejuang keberagaman dan toleransi. Karena itu, ia melanjutkan, posisi Yenny saat ini lebih diperlukan sebagai orang yang merawat keberagaman.

Sandiaga menegaskan, saat ini, tokoh-tokoh bangsa memiliki tugas kita ada tugas yang lebih penting. Tugas itu tak lain adalah menjaga Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 berjalan sejuk, teduh, damai, dan rukun.

"Saya tidak ingin saling tarik-tarikan kayak transfer, kata Pak Prabowo. Jangan seperti transfer pemain sepak bola, saling panas-panasan terus tarik menarik," ujar dia.

Meski diajak bergabung, keluarga Gus Dur belum menentukan pilihan kepada siapa memberikan dukungan. Yenny tidak menolak atau menerima pinangan Sandiaga. "Ini Pak Sandi tadi (mengajak). Tadi kan sowan-sowan saja, tapi beliau minta saya masuk ke tim pemenangan," kata dia.

Ia mengungkapkan, tawaran serupa juga datang dari kubu pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf. Saat ini, Yenny masih menimbang pilihan yang ada. "Pak Jokowi kan sudah hari Jumat, Pak Sandiaga hari ini, besok Pak Prabowo. Tapi nantilah, kalau orang NU itu diselesaikan semuanya melalui shalat istikharah," kata Yenny.

Selain itu, Yenny juga masih perlu meminta izin kepada ibundanya, Sinta Nuriyah. Pasalnya, selama ini sosok ibunya selalu berada di posisi tengah atau tidak mendukung siapa-siapa.

"Jangan-jangan nggak dikasih izin mendukung keduanya. Kita kan nggak tahu juga. Sebisa mungkin, saya berharap izin turun dari ibunda saya jadi kita bisa leluasa menetapkan pilihan," kata dia. Perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid itu menghormati segala proses komunikasi yang terjalin.

Meski belum menentukan pilihan, Yenny berharap kedua tim sukses pasangan calon tidak menggunakan isu SARA dalam kampanyenya. Ia menegaskan, Sandiaga juga berkomitmen tak akan menggunakan isu SARA untuk mendulang suara dalam Pilpres 2019.

Putri kedua almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengatakan, barisan kader Gus Dur akan menggelar Silaturahim Nasional setelah mengetahui visi dan misi pasangan capres-cawapres. Silaturahim itu untuk menentukan sikap kepada siapa dukungan akan diberikan.

“Di NU (Nahdlatul Ulama) itu sudah pasti ada beberapa mekanisme sebelum kita membuat keputusan. Kita dengarkan dulu seperti apa visi-misi dari para calon,” kata Yenny.

Masa kampanye akan dimulai pada 23 September 2018. Saat itu, pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga akan menyampaikan visi dan misi lima tahun ke depan kepada publik. Yenny tak menampik sebagian masyarakat NU ada yang mendukung Prabowo-Sandi dan sebagian lagi mendukung pejawat.

photo
Isteri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid berbincang dengan Putrinya Yenny Wahid.

Yenny mengatakan dia tak sendirian karena lapisan kader NU, khususnya Gusdurian, sangat banyak. Karena itu, usai mendengarkan visi dan misi pasangan, pihaknya segera menggelar silaturahim nasional. Forum tersebut ditujukan untuk mendengarkan aspirasi dan pendapat dari para kader NU, termasuk Gusdurian.

"Lalu, keputusan akan kita keluarkan setelah pertemuan itu. Pertemuannya setelah tanggal 23 September,” ujarnya menjelaskan.

Visi dan misi merupakan janji dari calon pemimpin yang harus ditunaikan ketika terpilih. Hal itu menjadi pokok penting yang perlu didengar NU dan Gusdurian. Khusus Prabowo, kata Yenny, telah menyatakan dan meyakinkan keluarga Gus Dur untuk  menjaga demokrasi berjalan dengan secara sehat.

Selain itu, kata Yenny, Prabowo menyatakan Islam patut menjadi inspirasi, tetapi tidak mesti dijalankan menjadi sebuah hukum di negara Indonesia. Meski demikian, bukan berarti komitmen Prabowo tersebut menjadi dasar bahwa Gusdurian akan mendukung sepenuhnya.

“Kita telaah lagi, dari situ mungkin insya Allah akan ditentukan,” kata Yenny.

photo
Tim Kampanye Jokowi-Kiai Ma'ruf.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement