Kamis 13 Sep 2018 19:46 WIB

Venezuela yang Kini Berharap Pertolongan dari Cina

Presiden Nicolas Maduro mengunjungi Cina.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Ikustrasi krisis Venezuela.
Foto: Reuters
Ikustrasi krisis Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela sudah dalam tahap memprihatinkan. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi di negara tersebut bisa mencapai 1 juta persen hingga akhir tahun ini.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro terus memutar otak untuk menghindari negara dari kebangkrutan dan menghindari kericuhan massal yang bisa menjatuhkannya.

Pada 20 Agustus, Pemerintah Venezuela memangkas lima nol mata yang bolivar. Pemerintah juga menaikkan gaji minimum sebanyak empat kali mulai 1 September.  Maduro pun mendongkrak pajak pertambahan nilai dari 4 persen menjadi 16 persen.

Namun langkah-langkah ini sepertinya belum cukup untuk menolong perekonomian Venezuela. Negara itu membutuhkan suntikan dana atau investasi segar untuk menolong perekonomian mereka.

Baca juga, Krisis Venezuela, Presiden Brasil Salahkan Maduro.

Presiden Maduro memutuskan untuk bertolak ke Cina. Beijing menjadi salah satu harapan yang bisa menolong negara tersebut di tengah blokade Barat.

"Saya datang dengan ekspektasi yang besar dan kita akan bertemu lagi beberapa hari ke depan dengan prestasi besar," kata Maduro di bandara udara Venezuela, Kamis (13/9).

Maduro datang ke Cina atas undangan Presiden Xi Jinping.  Lebih dari satu dekade, Cina menghibahkan lebih dari 50 miliar dolar AS ke Venezuela melalui kesepakatan pinjaman. Pinjaman tersebut ditukar dengan minyak yang membuat Cina dapat memastikan cadang sumber daya energi mereka.

Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, Cina sangat terbantu dengan kesepakatan ini. Terutama semakin kuatnya sikap anti-Amerika di negara-negara Amerika Latin.

Aliran uang tunai dari Cina terhenti hampir tiga tahun lalu, ketika Venezuela meminta perubahan persyaratan pembayaran di tengah jatuhnya harga minyak. Hal ini membuat anggota OPEC tersebut mengalami hiperinflansi.

Pada Juli kemarin, Kementerian Keuangan Venezuela mengatakan akan menerima 250 juta dolar AS dari Bank Pembangunan Cina. Pinjaman ini untuk mendorong produksi minyak mereka. Sebelumnya, Venezuela telah menerima pinjaman 5 juta dolar AS dari Cina untuk meningkatkan sektor perminyakan mereka.

Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan, baru-baru ini sudah secara aktif melakukan reformasi ekonomi dan sudah ada respons positif. "Cina memiliki keyakinan rakyat dan pemerintahan Venezuela  akan mampu mengatasi problem domestik ini," ujar Kemenlu.

Pemerintah Cina juga yakin, kunjungan Presiden Maduro akan menguntungkan bagi kedua pihak untuk meningkatkan kerja sama dan mendorong pembangunan Venezuela.

Pada Rabu, Wakil Presiden Venezuela Decy Rodriguez bertemu dengan bos perusahan minyak negara Cina (CNPC), Zhang Jianhua. CNPC dalam situsnya mengatakan, Zhang berharap kedua pihak dapat memperdalam kerja sama khususnya di sektor minyak dan gas.

Sementara Rodriguez berharap CNPC dapat membantu Venezuela mendongkrak hasil minyak dan meningkatkan kerja sama ke level yang lebih tinggi. CNPC merupakan investor paling penting eksplorasi migas di Venezuela. 

Dengan terdongkraknya hasil  minyak, maka pendapatan Venezuela bisa bertambah dan diharapkan bisa membantu meredakan krisis ekonomi di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement