REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Tiga orang yang masih satu keluarga tewas akibat kebakaran di rumah karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Antang Ganda Utama di Desa Hajak, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Namun, sebelum kebakaran terjadi, diduga ketiganya telah dibunuh.
"Ketiganya diduga dibunuh lalu dibakar untuk menghilangkan jejak kejahatan. Motif pembunuhan masih terus diselidiki aparat Polres Barito yang di-back-up petugas identifikasi dan forensik Polda Kalteng," kata Kapolres Barito Utara AKBP Dostan Matheus Siregar melalui Kasat Reskrim AKP Samsul Bahri kepada wartawan di Muara Teweh, Kamis (13/9).
Peristiwa terbakarnya rumah milik PT AGU di Camp Hajak C, Kecamatan Teweh Baru, itu terjadi pada Selasa (11/9) tengah malam sekitar pukul 23.30 WIB.
Akibat terbakarnya bangunan yang terbuat dari beton dengan ukuran 6x8 meter itu, penghuni rumah, yaitu Dominikus Jehatu (34), warga asal Flores, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan karyawan PT AGU di Camp Hajak C, Blok A, Nomor 6, Desa Hajak, Kecamatan Teweh Baru, meninggal dunia di tempat.
Selain korban, juga ikut meninggal dunia istri Dominikus bernama Imel dan anak bayi laki-laki bernama Apriliano yang baru berumur 4 bulan.
"Hasil autopsi sementara pihak Rumah Sakit Umum Daerah Muara Teweh, diduga ada bekas-bekas bacokan atau tusukan. Diduga ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan nyawa korban. Kita masih menunggu hasil resmi secara detail," katanya.
Kasat Reskrim mengatakan, guna mendalami lagi kasus ini, pihaknya kembali mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) bersama tim identifikasi Polda Kalteng untuk mencari petunjuk-petunjuk.
Pada tubuh ketiga korban ditemukan beberapa luka bacokan, sayatan, dan tusukan. Misalnya pada tubuh sang anak, Apriliano, ditemukan luka tusukan, sedangkan pada tubuh kedua orang tuanya rata-rata ditemukan luka bacokan pada tengkuk, batang leher, dan leher. Khusus pada tubuh Imel, ditemukan luka di bagian paha dan bagian leher.
"Tetapi, kami harus menunggu hasil laporan resmi dokter forensik secara terperinci dan detail," ujarnya.
Tim forensik yang dipimpin dr Rika didukung personel Biddokes Polda Kalteng menjalankan pemeriksaan mayat pada Kamis (13/9). "Silakan ditanyakan kepada Pak Kasat Reskrim," kata Rika ketika ditanya mengenai gambaran hasil autopsi.
Kejadian itu berawal salah seorang karyawan PT AGU lainnya bernama Thomas, yang berada di Camp Nomor 1 mendengar ada suara berisik dari atas rumah Nomor 6.
Saat itu Thomas melihat asap dari Cam Hajak C, Nomor 6, dan segera memberi tahu dan meminta tolong kepada karyawan lainnya serta memadamkan api dengan cara menyiramkan air dengan menggunakan ember.
Setelah api berhasil dipadamkan, ada salah satu karyawan menjenguk ke arah kamar langsung berteriak bahwa ada korban yang meninggal terbakar di dalam kamar.
Mendengar hal tersebut, para karyawan ketakutan dan berlari keluar rumah dan langsung melaporkan ke manajer perusahaan dan anggota pengamanan PT AGU. Kemudian, ketiga korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Muara Teweh.