Ahad 09 Sep 2018 17:06 WIB

Kisah Pebisnis Perempuan di The Global Woman Trade Summit

Banyak tantangan yang perlu diantisipasi pebisnis perempuan di Indonesia

Rep: Adysha Ramadani/ Red: Hiru Muhammad
suasana  The Global Women's Trade Summit di Mongolia.
Foto: dok : SKV Group
suasana The Global Women's Trade Summit di Mongolia.

REPUBLIKA.CO.ID, ULAN BATOR -- International Women Federation of Commerce and Industry (IWFCI) kembali menggelar acara tahunan The Global Women's Trade Summit di Mongolia.

Dalam The Global Women's Trade Summit 2018 ini, CEO SKV Group Heera Syahr Karim Vasandani tampil menjadi pembicara di hadapan para pebisnis  perempuan dari 12 negara.

"Saya terkesan, para wanita dari 12 negara bisa berkumpul di dalam summit untuk sharing, seminar, berbagi cerita juga," kata Heera yang masih berada di kota Ulan Bator, Mongolia (9/8).

Dalam kesempatan tersebut, Heera banyak berbagi cerita mengenai Indonesia hingga peran pebisnis perempuan dalam berbagai industri di Indonesia. Sebaliknya, Heera mendapatkan kesempatan untuk belajar banyak hal dari para pebisnis perempuan lain yang turut menjadi peserta.

"Apakah mereka nanti mungkin mau investasi di Indonesia, atau mau berbisnis di Indoensia atau mau berpartner di Indonesia, itu harapannya lebih ke sana,"  tuturnya.

Heera juga berkesempatan  bertemu dan berbincang langsung dengan Founder IWFCI Diana Abruzzi. Salah satu yang bahas dalam pertemuan itu adalah mengenai kemungkinan membuka chapter IWFCI di Indonesia. Selama ini IWFCI belum memiliki chapter di Indonesia saat ini.

"Masih kami godok hari ini, kami masih ada meeting lagi dengan beliau untuk membicarakannya lebih lanjut," jelas Heera.

Berkumpulnya para pebisnis perempuan dari berbagai negara di dalam satu wadah merupakan hal yang luar biasa. Hal ini dapat mendorong terjadinya banyak komunikasi bermanfaat mulai dari berbagi ilmu hingga berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnis.

Menurutnya banyak peluang yang tersedia di Indonesia bagi para perempuan yang sedang merintis bisnis. Meski ada beragam tantangan yang juga perlu diantisipasi dengan baik agar para perempuan dapat mempertahankan dan mengembangkan bisnis yang sedang mereka tekuni.

Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini sudah mencapai 261 juta jiwa merupakan satu peluang tersendiri. Jumlah penduduk yang sangat banyak ini merupakan cerminan luasnya pasar yang bisa dibidik para pebisnis perempuan di Indonesia.

Perempuan di Indonesia tidak memiliki banyak limitasi sehingga lebih bebas untuk berkarya. Kondisi ini membuat peluang bisnis antara perempuan dan laki-laki bisa dikatakan hampir setara.

Di sisi lain, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi  pebisnis perempuan di Indonesia. Salah satunya adalah social pressure atau tekanan sosial. Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah pemahaman mengenai regulasi-regulasi terkait bisnis di Indonesia. "Kadang kita sudah mau lakukan sesuatu, tiba-tiba kepentok  di regulasi yang kita tidak tahu bagaimana menghadapi itu," tambah Heera.

Jejaring pertemanan yang luas juga akan membuka banyak peluang bagi pebisnis perempuan. Oleh karena itu, Heera menilai penting bagi pebisnis perempuan untuk terus terus memperluas jaringan pertemanan dan belajar dari sesama pebisnis. "Kalau dalam agama Islam kan dibilang, kalau kita mau ikutan wangi bergaullah dengan para penjual minyak wangi," kata Heera.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement