Ahad 09 Sep 2018 05:50 WIB

Penelitian di Bidang Herbal Sangat Dibutuhkan

Obat herbal termasuk kelompok utama penyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional

Pusat Penelitian Herbal Universitas Yarsi bekerja sama dengan Univesiti Tun Hussein Onn Malaysia menyelenggarakan “The 2nd International Conference of Herbal Medicine (ICHM).
Foto: Universitas Yarsi
Pusat Penelitian Herbal Universitas Yarsi bekerja sama dengan Univesiti Tun Hussein Onn Malaysia menyelenggarakan “The 2nd International Conference of Herbal Medicine (ICHM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan obat berbasis bahan herbal berkembang dengan sangat pesat. Namun, masalah utama penyediaan obat herbal terstandardisasi di Indonesia adalah kurangnya pengetahuan dan sarana prasarana penunjang standardisasi oleh kalangan industri obat herbal, terutama industri kecil dan menengah.

Terkait hal tersebut, Pusat Penelitian Herbal Universitas Yarsi bekerja sama dengan Univesiti Tun Hussein Onn Malaysia menyelenggarakan “The 2nd International Conference of Herbal Medicine (ICHM)”. Acara itu bertepatan dengan “The 2nd International Conference on Herbal Science, Technology and Medicine 2018”.

Konferensi yang diketua Dr Juniarti SSi MSi dari Indonesia dan Assoc Prof Dr Mohd Fadzelly Abu Bakar dari Malaysia ini diikuti oleh sejumlah pembicara berskala internasional. Rektor Universitas Yarsi, Prof Susi Endrini, PhD yang juga salah seorang pembicara mengatakan momen ini sangat penting ditindaklanjuti mengingat penelitian di bidang herbal sangat dibutuhkan.

Terlabih bagi Indonesia yang memiliki kekayaan alam berlimpah. "Universitas Yarsi pun berkomitmen mendukung monent itu, akan menjadi satu institusi yang mempunyai pusat studi herbal yang cukup mumpuni," ujar dia.

Dalam konferensi ini, ungkap Prof Susi, juga bisa digelar pertemuan yang nantinya akan membentuk suatu perkumpulan profesi bernama Asia Herbal Reserarch Association. Perkumpulan akan diisi oleh peneliti dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Sri Lanka, India, dan Korea untuk sementara.

Di antara kelompok utama yang menyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi adalah produk obat tradisional (herbal) yang mengalami kenaikan sebesar 8,01 persen. Ini sesuai data dari BPS yang dirilis 2017.

Data riil Indonesia memiliki 1.436 industri obat tradisional yang terdiri Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). Dari sekian banyak industri jamu yang ada di Indonesia, masih sangat sedikit yang telah memenuhi syarat Good Manufacturing Practice (GMP) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang sudah disepakati oleh Negara-negara ASEAN.

Ketua Panitia ICHM Dr Juniarti menyebut total peserta yang mengikuti konferensi sebanyak 110 orang. Mereka terdiri dari 43 peserta oral, 27 peserta poster dan 40 peserta umum nonpresenter.

Dr Juniarti mengatakan konferensi akan difokuskan pada publikasi hasil penelitian terbaru serta prediksi riset yang akan datang terkait bidang penelitian herbal. Kali ini tema yang diangkat mengenai etnofarmakologi, kimia, khasiat, quality control, keamanan, teknologi dan pengembangan produk serta inovasi produk herbal yang berbasis penelitian.

Sedangkan tema yang menjadi pokok bahasan adalah “Mainstreaming Herbal Science, Technology and Medicine in The World”. Konferensi akan mendiskusikan bagaimana membuat obat herbal menjadi hal yang biasa (mainstream) dan juga sebagai pilihan pertama dalam dunia kesehatan.

Dr Juniarti yang juga Kepala Pusat Penelitian Herbal Universitas Yarsi ini menyebut target peserta konferensi adalah masyarakat peneliti dan praktisi. Baik dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah serta pengusaha dari IOT, IEBA, UKOT dan UMOT dari berbagai negara.

Tujuan dari konferensi internasional ini, ujar Dr Juniarti, adalah untuk menyajikan perkembangan herbal dan teknologi serta dapat dijadikan platform untuk bidang herbal, teknologi herbal bagi peneliti, akademisi dan praktisi. "Adanya interaksi, sinergi, dan kolaborasi yang maksimal dari para peneliti dari berbagai belahan dunia dapat mempercepat alih teknologi dan menuju hasil riset yang lebih mumpuni," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement