REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra sepakat dengan pernyataan Sandiaga Uno yang meminta tensi politik diturunkan demi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, bahkan mengatakan pihaknya mendukung pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan terkait makin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Bang Sandi tak ingin ada kegaduhan, dan kita ingin memberikan kesempatan men-support pemerintah untuk bekerja keras untuk bisa menjaga nilai tukar rupiah kepada dolar agar tak terus melemah,” tutur Andre kepada Republika.co.id, Kamis (6/9).
Menurut Andre, melemahnya rupiah bukan saja menjadi fokus perhatian untuk diselesaikan pemerintah saja, melainkan juga menjadi masalah tiap elemen bangsa. Ia mengatakan, pernyataan Sandiaga Uno sudah tepat dan agar tak muncul kegaduhan di tengah terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Gerindra pun berkomitmen untuk menjaga tensi politik agar tidak memanas untuk saat ini.
“Ya iyalah, harus begitu (menahan tensi politik) masalah nilai tukar rupiah bukan masalah pemerintah saja, tapi juga masalah kita semua. Saya rasa Pak Sandi sudah tepat dan kami mendukung pernyataannya,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arif Puyono menilai tak ada keterkaitannya antara ketegangan politik dan melemahnya nilai tukar rupiah. Ia menilai, tensi politik Indonesia dalam keadaan wajar, meski demikian panasnya suhu politik justru terjadi di media sosial saja.
Sebelumnya, Sandiaga Uno menyampaikan agar tak ada kegaduhan politik sampai nilai tukar rupiah kembali menguat. Mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu tak ingin kondisi Indonesia semakin buruk seperti yang dialami sejumlah negara. Sandi pun menyampaikan, peningkatan suhu politik menjelang pemilu menjadi kekhawatiran tersendiri, terutama bagi para pengusaha.
“Apa dengan cara menenangkan situasi politik terus punya hubungan dengan melemahnya rupiah, kan tidak sama sekali. Artinya, tak ada pengaruhnya sama sekali antara ketegangan politik dan melemahnya rupiah,” tuturnya.
Sebab, menurut Arif, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar disebabkan tak mampunya pemerintah dalam mengelola utang. Lebih dari itu, investasi pemerintah dari hasil utang saat ini, kata Arif, tengah memasuki jatuh tempo.